Teater Angin SMAN 1 (Smansa) Denpasar membawakan garapan berjudul "Katemu Ring Tampaksiring" di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar, untuk memeriahkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun 2020.
"Cerita ini diambil dari novel dengan judul yang sama, Katemu Ring Tampaksiring. Dalam garapan ini, seluruhnya menggunakan bahasa Bali kecuali yang berperan sebagai wartawan Belanda, Ratu Belanda dan asistennya," kata Ketua Teater Angin Smansa Denpasar, Nyoman Panji Darmajaya, di sela-sela persiapan pementasan tersebut, di Denpasar, Minggu.
Panji Darmajaya mengatakan, garapan Katemu Ring Tampaksiring yang dipersiapkan selama dua minggu tersebut mengisahkan pertemuan seorang wartawan asal Belanda dengan gadis penjual souvenir di Tirta Empul, Tampaksiring, saat kunjungan Ratu Belanda ke Bali.
Baca juga: Gubernur dan Wagub Bali "nyurat" di lontar bersama 2.020 pelajar
Sang wartawan jatuh cinta pada gadis itu dan ingin mengenal lebih dekat. Saat wartawan tersebut menyatakan cinta, si gadis pun memiliki pertimbangan untuk membicarakannya dengan sang ibu. Si wartawan lalu diminta menjelaskan latar belakangnya.
Singkat cerita, ibu si gadis tertarik dengan asal usul si wartawan. Rupanya ibu ini memiliki masa lalu yang berhubungan dengan suaminya. Dulu ibu si gadis memiliki suami orang Belanda, namun karena tugas terpisahlah keduanya. Saat si wartawan diminta menunjukkan foto ayahnya, di situ ibu si gadis terkejut, karena dalam foto tersebut adalah suaminya.
"Ternyata antara wartawan Belanda itu dengan si gadis adalah saudara. Konfik dan kisah cintanya berakhir sampai di sana," ujar Panji Darmajaya.
Dialog berbahasa Bali di atas panggung tersebut nyatanya mampu menarik perhatian penonton yang sebagian besar pelajar. Ada saja tingkah lucu dan banyol yang disajikan di atas panggung. Kelucuan mereka kemudian dibalut dengan bahasa Bali yang berkembang di kalangan anak muda sekarang.
Baca juga: Pemprov siapkan hadiah Rp100 juta untuk tokoh pengembang Bahasa Bali
Ditanya soal kesulitan menggunakan bahasa Bali dalam garapan, Panji mengaku tidak terlalu kaku menggunakan bahasa Bali karena sudah digunakan dalam percakapan setiap hari.
"Kami kebetulan dilatih oleh alumni Teater Angin dalam penggarapan naskah dan drama selama dua minggu. Di sekolah juga pakai bahasa Bali. Hari Kamis juga wajib berbahasa Bali. Jadi tidak terlalu kaku untuk dialog berbahasa Bali," ujar siswa kelas XI IPA 3 di SMAN 1 Denpasar ini.
Sementara itu Kepala SMAN 1 Denpasar Made Rida mengapresiasi penampilan anak didiknya yang menggunakan bahasa Bali dalam dialog di atas panggung.
Rida mengaku untuk mengimplementasikan pelestarian bahasa, aksara, dan sastra di ranah SMAN 1 Denpasar tidak hanya dengan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari, namun juga didorong untuk pengembangan seni lontar, karawitan, tembang yang ada dalam ekstrakurikuler.
"Saya salut sekali ternyata anak-anak masih membudayakan berbahasa Bali dengan bagus sekali, dan mereka tampil secara maksimal. Ini menunjukkan generasi muda kita, khususnya di Smansa Denpasar masih bagus dan baik dalam menggunakan bahasa Bali di kehidupan sehari-hari," katanya.
Dia berharap, kegiatan semacam ini makin sering diadakan untuk merangsang kreativitas siswa. "Generasi muda perlu wadah untuk menunjukkan kemampuan dan kreativitas mereka dalam berbahasa Bali seperti momen ini," ucap Rida.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Cerita ini diambil dari novel dengan judul yang sama, Katemu Ring Tampaksiring. Dalam garapan ini, seluruhnya menggunakan bahasa Bali kecuali yang berperan sebagai wartawan Belanda, Ratu Belanda dan asistennya," kata Ketua Teater Angin Smansa Denpasar, Nyoman Panji Darmajaya, di sela-sela persiapan pementasan tersebut, di Denpasar, Minggu.
Panji Darmajaya mengatakan, garapan Katemu Ring Tampaksiring yang dipersiapkan selama dua minggu tersebut mengisahkan pertemuan seorang wartawan asal Belanda dengan gadis penjual souvenir di Tirta Empul, Tampaksiring, saat kunjungan Ratu Belanda ke Bali.
Baca juga: Gubernur dan Wagub Bali "nyurat" di lontar bersama 2.020 pelajar
Sang wartawan jatuh cinta pada gadis itu dan ingin mengenal lebih dekat. Saat wartawan tersebut menyatakan cinta, si gadis pun memiliki pertimbangan untuk membicarakannya dengan sang ibu. Si wartawan lalu diminta menjelaskan latar belakangnya.
Singkat cerita, ibu si gadis tertarik dengan asal usul si wartawan. Rupanya ibu ini memiliki masa lalu yang berhubungan dengan suaminya. Dulu ibu si gadis memiliki suami orang Belanda, namun karena tugas terpisahlah keduanya. Saat si wartawan diminta menunjukkan foto ayahnya, di situ ibu si gadis terkejut, karena dalam foto tersebut adalah suaminya.
"Ternyata antara wartawan Belanda itu dengan si gadis adalah saudara. Konfik dan kisah cintanya berakhir sampai di sana," ujar Panji Darmajaya.
Dialog berbahasa Bali di atas panggung tersebut nyatanya mampu menarik perhatian penonton yang sebagian besar pelajar. Ada saja tingkah lucu dan banyol yang disajikan di atas panggung. Kelucuan mereka kemudian dibalut dengan bahasa Bali yang berkembang di kalangan anak muda sekarang.
Baca juga: Pemprov siapkan hadiah Rp100 juta untuk tokoh pengembang Bahasa Bali
Ditanya soal kesulitan menggunakan bahasa Bali dalam garapan, Panji mengaku tidak terlalu kaku menggunakan bahasa Bali karena sudah digunakan dalam percakapan setiap hari.
"Kami kebetulan dilatih oleh alumni Teater Angin dalam penggarapan naskah dan drama selama dua minggu. Di sekolah juga pakai bahasa Bali. Hari Kamis juga wajib berbahasa Bali. Jadi tidak terlalu kaku untuk dialog berbahasa Bali," ujar siswa kelas XI IPA 3 di SMAN 1 Denpasar ini.
Sementara itu Kepala SMAN 1 Denpasar Made Rida mengapresiasi penampilan anak didiknya yang menggunakan bahasa Bali dalam dialog di atas panggung.
Rida mengaku untuk mengimplementasikan pelestarian bahasa, aksara, dan sastra di ranah SMAN 1 Denpasar tidak hanya dengan menggunakannya dalam percakapan sehari-hari, namun juga didorong untuk pengembangan seni lontar, karawitan, tembang yang ada dalam ekstrakurikuler.
"Saya salut sekali ternyata anak-anak masih membudayakan berbahasa Bali dengan bagus sekali, dan mereka tampil secara maksimal. Ini menunjukkan generasi muda kita, khususnya di Smansa Denpasar masih bagus dan baik dalam menggunakan bahasa Bali di kehidupan sehari-hari," katanya.
Dia berharap, kegiatan semacam ini makin sering diadakan untuk merangsang kreativitas siswa. "Generasi muda perlu wadah untuk menunjukkan kemampuan dan kreativitas mereka dalam berbahasa Bali seperti momen ini," ucap Rida.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020