Bank Indonesia Provinsi Bali bersama sejumlah organisasi perangkat daerah yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah provinsi setempat, berkomitmen terus meningkatkan koordinasi dan kolaborasi untuk mengendalikan potensi inflasi Januari 2020.

"Kami tentu harus terus berusaha keras, menjaga dan mengendalikan inflasi tahun 2020, khususnya di awal tahun ini, dengan meningkatkan koordinasi dan kolaborasi serta mengambil langkah-langkah antisipatif guna menjaga stabilitas dan ekspektasi harga," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, di Denpasar, Jumat.

Kegiatan pengendalian inflasi, lanjut dia, tetap diarahkan pada tercapainya 4K yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi ekspektasi.

Pihaknya melihat terdapat potensi tekanan harga pada Januari 2020 yang bersumber dari adanya perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu perayaan Tahun Baru Imlek yang juga menarik minat wisatawan berkunjung ke Bali.

Selain itu, frekuensi hujan dan gelombang laut tinggi yang berpotensi menahan produksi dan pasokan bahan makanan dari luar Bali sehingga berpotensi menekan inflasi pada Januari 2020.

"Meskipun demikian, kami memperkirakan inflasi bulanan (mtm) pada Januari 2020 akan tetap terkendali. Dengan demikian, inflasi tahunan pada bulan Januari 2020 akan tetap berada pada kisaran sasaran inflasi nasional yaitu 3,0±1 persen," ujar Trisno.

Baca juga: BI Bali: hujan-gelombang laut tekan inflasi Januari 2020

Trisno mengemukakan, pada Desember 2019, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,71 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,03 persen (mtm).

Pencapaian inflasi Bali bulan Desember ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,34 persen (mtm).

Sementara itu secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,38 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 2,72 persen (yoy). Dengan demikian, inflasi Bali pada Desember 2019 berada di bawah rentang sasaran inflasi nasional 3,5±1 persen (yoy).

"Tekanan harga Provinsi Bali pada bulan Desember 2019 memang meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan harga terutama terjadi pada kelompok makanan seperti nasi lauk, bawang merah, serta kelompok transportasi khususnya angkutan udara," ucapnya.

Baca juga: Koster janji fokus gairahkan ekonomi kerakyatan

Tekanan harga tersebut disebabkan oleh terjadinya kenaikan dari sisi permintaan seiring dengan banyaknya hari besar keagamaan di bulan Desember serta terjadinya peningkatan jumlah wisatawan pada "high season".

Inflasi terjadi pada kedua kota sampel IHK yaitu kota Denpasar yang tercatat sebesar 0,81 persen (mtm) dan kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,27 persen (mtm).

Di Kota Denpasar, inflasi bersumber dari kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,21 persen (mtm) dan kelompok bahan makanan 1,36 persen (mtm), sedangkan kelompok sandang mengalami deflasi.

Baca juga: BI Bali: Inflasi di Singaraja perlu perhatian

Sementara, inflasi di Singaraja bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,65 persen (mtm) dan kelompok bahan makanan yaitu sebesar 0,58 persen (mtm).

"Untuk keseluruhan 2019, dengan memperhatikan inflasi pada bulan bulan sebelumnya, maka inflasi Bali lebih baik dibandingkan inflasi tahun 2018," kata Trisno.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020