Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya mengatakan bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menjadi kunci utama untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus Demam Berdarah atau Demam Dengue di Bali.
"Paling banyak kasus DBD ada di Kota Denpasar dan Singaraja, dilihat dari lingkungan yang kondusif untuk nyamuk dan banyak barang - barang bekas, tapi memang di mana pun bisa terjadi, katanya di Denpasar, Minggu.
Dikatakannya, selama lingkungannya tidak bersih, seperti dulu di Gianyar angka DBD tinggi juga padahal di sana daerah wisata karena dari rumah tangga itu yang kurang bersih, kemudian dilakukan gotong royong dan PSN semua bisa diatasi," katanya.
Wabah DBD diwaspadai akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya curah hujan berkepanjangan yang diperkirakan pada bulan - bulan ini di Bali.
Menurut dia, kondisi yang patut diwaspadai adalah ketika hujan datang dengan rentang yang lama dan jentik nyamuk yang berkembang akan mengikuti aliran air. Sedangkan apabila terjadi hujan pada waktu yang pendek, disertai dengan cuaca panas kemungkinan penyebarannya lebih kecil.
Ia mengatakan untuk mencegah munculnya sarang nyamuk Aedes Aegypti dimulai dari langkah antisipasi yaitu baik diri sendiri dan lingkungan Rumah Tangga agar tidak membiarkan ada sarang - sarang nyamuk di lingkungan rumah dan mengurangi adanya genangan air.
"Jadi tetap mengoptimalkan PSN karena sesungguhnya itu yang terbaik tidak dengan fogging, karena harus PSN yang utama baru bisa pencegahan kalau tidak dilakukan PSN akan menimbulkan genangan-genangan air pada selokan yang tersumbat sampah, pada botol plastik yang dibuang di tempat sampah dan tempat-tempat berpotensi menampung air hujan itu," jelasnya.
Tercatat untuk selama tahun 2019 ditemukan sebanyak 4.945 penderita DBD, dengan rincian dari Kabupaten Buleleng 1.329 penderita, kemudian dari Kabupaten Jembrana 188 orang, Kabupaten Tabanan ada 170 orang, Kabupaten Badung 883 orang, Kota Denpasar 1.144 orang, Kabupaten Gianyar ada 604 orang, Kabupaten Bangli ada 195 orang, lalu Klungkung ada 299 orang, dan terakhir Kabupaten Karangasem ada 133 orang.
Ia menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Bali beserta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah menyediakan reagen dan obat-obatan yang diperlukan dalam penanganan kasus DBD baik itu untuk fogging, ULV maupun untuk abatesasi.
Selain itu juga, tetap dilakukan sosialisasi dan penyuluhan di setiap daerah bersama Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Paling banyak kasus DBD ada di Kota Denpasar dan Singaraja, dilihat dari lingkungan yang kondusif untuk nyamuk dan banyak barang - barang bekas, tapi memang di mana pun bisa terjadi, katanya di Denpasar, Minggu.
Dikatakannya, selama lingkungannya tidak bersih, seperti dulu di Gianyar angka DBD tinggi juga padahal di sana daerah wisata karena dari rumah tangga itu yang kurang bersih, kemudian dilakukan gotong royong dan PSN semua bisa diatasi," katanya.
Wabah DBD diwaspadai akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya curah hujan berkepanjangan yang diperkirakan pada bulan - bulan ini di Bali.
Menurut dia, kondisi yang patut diwaspadai adalah ketika hujan datang dengan rentang yang lama dan jentik nyamuk yang berkembang akan mengikuti aliran air. Sedangkan apabila terjadi hujan pada waktu yang pendek, disertai dengan cuaca panas kemungkinan penyebarannya lebih kecil.
Ia mengatakan untuk mencegah munculnya sarang nyamuk Aedes Aegypti dimulai dari langkah antisipasi yaitu baik diri sendiri dan lingkungan Rumah Tangga agar tidak membiarkan ada sarang - sarang nyamuk di lingkungan rumah dan mengurangi adanya genangan air.
"Jadi tetap mengoptimalkan PSN karena sesungguhnya itu yang terbaik tidak dengan fogging, karena harus PSN yang utama baru bisa pencegahan kalau tidak dilakukan PSN akan menimbulkan genangan-genangan air pada selokan yang tersumbat sampah, pada botol plastik yang dibuang di tempat sampah dan tempat-tempat berpotensi menampung air hujan itu," jelasnya.
Tercatat untuk selama tahun 2019 ditemukan sebanyak 4.945 penderita DBD, dengan rincian dari Kabupaten Buleleng 1.329 penderita, kemudian dari Kabupaten Jembrana 188 orang, Kabupaten Tabanan ada 170 orang, Kabupaten Badung 883 orang, Kota Denpasar 1.144 orang, Kabupaten Gianyar ada 604 orang, Kabupaten Bangli ada 195 orang, lalu Klungkung ada 299 orang, dan terakhir Kabupaten Karangasem ada 133 orang.
Ia menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Bali beserta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah menyediakan reagen dan obat-obatan yang diperlukan dalam penanganan kasus DBD baik itu untuk fogging, ULV maupun untuk abatesasi.
Selain itu juga, tetap dilakukan sosialisasi dan penyuluhan di setiap daerah bersama Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019