Balai Karantina Pertanian Denpasar, Bali, memperketat pengawasan sebagai salah satu upaya untuk mencegah masuknya African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika yang mengancam peternakan babi di Indonesia khususnya Bali.
"Kami juga telah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan lain untuk menyatukan persepsi terhadap upaya pencegahan dini masuknya ASF," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Terunanegara, saat dikonfirmasi dari Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, koordinasi tersebut dilakukan untuk mempertajam lagi dukungan karantina terhadap pencegahan masuknya Flu Babi Afrika ke Bali dengan melibatkan pemangku kebijakan di Bandara, Pelabuhan Laut, Pemerintah Daerah dan pengelola sampah pesawat dan kapal laut di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) serta para peternak babi di sekitar TPA.
"Kunci keberhasilan pencegahan penyebaran Flu Babi Afrika ke Bali ini adalah dengan melakukan koordinasi yang kuat," katanya.
Ia menjelaskan, pihaknya melakukan pengawasan ketat dan koordinasi karena melihat status penyakit ASF yang sudah mewabah di beberapa negara tetangga Indonesia.
"Dan yang terakhir di bulan September lalu dikonfirmasi penyakit tersebut telah mewabah di negara terdekat Indonesia yaitu, Timor Leste," ujarnya.
Terunanegara menambahkan, bersama pihak-pihak terkait, pihaknya membahas upaya dan strategi yang diambil terhadap berbagai kemungkinan yang menjadi potensi masuk dan menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh virus dari family Asfaviridae tersebut.
Selain itu, juga dibahas sumber penularan virus ASF yang bisa ditularkan melalui lalu lintas penumpang yang terkontaminasi virus dari negara wabah, bahan makanan yang ada kandungan babinya.
"Penularan juga bisa melalui sampah sisa makanan atau katering yang berasal dari pesawat maupun kapal pesiar yang melakukan perjalanan dari negara dimana ASF telah mewabah. Dan sumber-sumber penularan tersebut menjadi fokus pengawasan kami untuk memfilter masuknya wabah ASF ke Bali, katanya.
Sementara itu, Ketua PDHI Cabang Bali, I Ketut Puja mengatakan, saat ini, upaya yang paling efektif untuk dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan masuknya ASF.
Hal tersebut harus dilakukan karena Flu Babi Afrika tersebut sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya.
"Kami berharap filter virus Flu Babi Afrika di Bali dapat dilakukan secara berlapis dan upaya pencegahan itu dapat memberikan hasil yang maksimal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kami juga telah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan lain untuk menyatukan persepsi terhadap upaya pencegahan dini masuknya ASF," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Terunanegara, saat dikonfirmasi dari Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, koordinasi tersebut dilakukan untuk mempertajam lagi dukungan karantina terhadap pencegahan masuknya Flu Babi Afrika ke Bali dengan melibatkan pemangku kebijakan di Bandara, Pelabuhan Laut, Pemerintah Daerah dan pengelola sampah pesawat dan kapal laut di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) serta para peternak babi di sekitar TPA.
"Kunci keberhasilan pencegahan penyebaran Flu Babi Afrika ke Bali ini adalah dengan melakukan koordinasi yang kuat," katanya.
Ia menjelaskan, pihaknya melakukan pengawasan ketat dan koordinasi karena melihat status penyakit ASF yang sudah mewabah di beberapa negara tetangga Indonesia.
"Dan yang terakhir di bulan September lalu dikonfirmasi penyakit tersebut telah mewabah di negara terdekat Indonesia yaitu, Timor Leste," ujarnya.
Terunanegara menambahkan, bersama pihak-pihak terkait, pihaknya membahas upaya dan strategi yang diambil terhadap berbagai kemungkinan yang menjadi potensi masuk dan menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh virus dari family Asfaviridae tersebut.
Selain itu, juga dibahas sumber penularan virus ASF yang bisa ditularkan melalui lalu lintas penumpang yang terkontaminasi virus dari negara wabah, bahan makanan yang ada kandungan babinya.
"Penularan juga bisa melalui sampah sisa makanan atau katering yang berasal dari pesawat maupun kapal pesiar yang melakukan perjalanan dari negara dimana ASF telah mewabah. Dan sumber-sumber penularan tersebut menjadi fokus pengawasan kami untuk memfilter masuknya wabah ASF ke Bali, katanya.
Sementara itu, Ketua PDHI Cabang Bali, I Ketut Puja mengatakan, saat ini, upaya yang paling efektif untuk dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan masuknya ASF.
Hal tersebut harus dilakukan karena Flu Babi Afrika tersebut sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya.
"Kami berharap filter virus Flu Babi Afrika di Bali dapat dilakukan secara berlapis dan upaya pencegahan itu dapat memberikan hasil yang maksimal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019