Agus Prayoko tak bisa menyembunyikan rasa lega dari raut mukanya di lorong Rizal Memoriam Coliseum, Manila, Rabu sore, yang menjadi arena pertarungan para atlet senam di SEA Games 2019 Filipina.
Pria 30 tahun asal Kediri, Jawa Timur, itu menyelimuti dirinya dengan bendera Merah Putih menuju ke bilik atlet untuk bersiap mengikuti upacara pengalungan medali.
"Insha Allah ini SEA Games terakhir saya," kata Agus yang telah lima kali turun di ajang dua tahunan itu.
Agus kemudian naik ke podium pertama hari itu untuk menerima kalungan medali emas setelah tampil terbaik di nomor vault atau meja lompat yang menjadi spesialisasinya.
Emas itu menjadi penutup yang manis bagi karir internasional Agus, memperbaiki prestasinya di Kuala Lumpur ketika meraih medali perak di nomor yang sama.
"Saya sih inginnya begitu," kata Agus soal rencananya pensiun. "Kalau PON 2020 masih ikut, habis itu paling saya finis."
Baca juga: Wihardja bersaudara berjaya di ice skating SEA Games
Baca juga: Tim hoki dilarang tampil di SEA Games
Agus mengumpulkan poin 14,734 dari dua lompatan yang ia lakukan untuk mengalahkan bintang Filipina Carlos Edriel Yulo yang terpaut 0,034 poin berkat penalti sebanyak 0,1 poin.
Agus terbantu dari hasil lompatan pertama yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dari lompatan keduanya. Dia juga meraih nilai eksekusi yang lebih baik dari sang rival dari Filipina, sekitar 9,3 dibanding 9,1.
"Nilai plusnya di lompatan pertama, biasanya saya lompatan pertama step-nya lebih besar, hari ini lebih kecil," kata Agus.
Sementara medali perunggu nomor vault diraih Thanh Tung Le dari Vietnam.
Tugas Agus pun telah usai berbarengan dengan tuntasnya semua nomor senam artistik di SEA Games 2019.
Awal karir di senam
Atlet kelahiran Kediri 4 April 1989 itu ingat betul asal muasal ketertarikannya di senam ketika duduk di bangku kelas 1 SD.
"Saya terjerumus," kata Agus sembari tertawa.
Berawal dari tantangan cium lutut dari guru olahraga di sekolahnya dan iming-iming latihan senam di balai desa di Kabupaten Kediri.
"Habis itu kirain senam aerobik atau apa, eh, ternyata senamnya seperti ini. Ya sudah terjun saja daripada setengah-setengah.
Agus pun mulai belajar senam di sekolah sejak "jebakan" itu hingga kelas lima SD dia pindah ke Gresik karena dilirik Indra Sibarani yang merupakan pelatih senam artistik untuk program pembibitan atlet di Jawa Timur.
"Saya dipanggil sampai sekarang ini," kata Agus yang menjalani SEA Games pertamanya pada 2007 itu.
Prestasi tertinggi bagi Agus diraih saat Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di mana dia finis peringkat tiga, setelah Shek Wai Hung dari Hong Kong dan Kim Han-Sol asal Korea, untuk merebut medali perunggu.
Namun medali emas di Filipina menjadi capaian paling mengesankan bagi ayah dari dua anak itu.
Jika pensiun nanti, Agus, yang sudah mendapat tempat di Kemenpora sebagai pegawai negeri sipil itu pun punya mimpi ingin membantu pembinaan talenta-talenta muda senam Indonesia nantinya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Pria 30 tahun asal Kediri, Jawa Timur, itu menyelimuti dirinya dengan bendera Merah Putih menuju ke bilik atlet untuk bersiap mengikuti upacara pengalungan medali.
"Insha Allah ini SEA Games terakhir saya," kata Agus yang telah lima kali turun di ajang dua tahunan itu.
Agus kemudian naik ke podium pertama hari itu untuk menerima kalungan medali emas setelah tampil terbaik di nomor vault atau meja lompat yang menjadi spesialisasinya.
Emas itu menjadi penutup yang manis bagi karir internasional Agus, memperbaiki prestasinya di Kuala Lumpur ketika meraih medali perak di nomor yang sama.
"Saya sih inginnya begitu," kata Agus soal rencananya pensiun. "Kalau PON 2020 masih ikut, habis itu paling saya finis."
Baca juga: Wihardja bersaudara berjaya di ice skating SEA Games
Baca juga: Tim hoki dilarang tampil di SEA Games
Agus mengumpulkan poin 14,734 dari dua lompatan yang ia lakukan untuk mengalahkan bintang Filipina Carlos Edriel Yulo yang terpaut 0,034 poin berkat penalti sebanyak 0,1 poin.
Agus terbantu dari hasil lompatan pertama yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dari lompatan keduanya. Dia juga meraih nilai eksekusi yang lebih baik dari sang rival dari Filipina, sekitar 9,3 dibanding 9,1.
"Nilai plusnya di lompatan pertama, biasanya saya lompatan pertama step-nya lebih besar, hari ini lebih kecil," kata Agus.
Sementara medali perunggu nomor vault diraih Thanh Tung Le dari Vietnam.
Tugas Agus pun telah usai berbarengan dengan tuntasnya semua nomor senam artistik di SEA Games 2019.
Awal karir di senam
Atlet kelahiran Kediri 4 April 1989 itu ingat betul asal muasal ketertarikannya di senam ketika duduk di bangku kelas 1 SD.
"Saya terjerumus," kata Agus sembari tertawa.
Berawal dari tantangan cium lutut dari guru olahraga di sekolahnya dan iming-iming latihan senam di balai desa di Kabupaten Kediri.
"Habis itu kirain senam aerobik atau apa, eh, ternyata senamnya seperti ini. Ya sudah terjun saja daripada setengah-setengah.
Agus pun mulai belajar senam di sekolah sejak "jebakan" itu hingga kelas lima SD dia pindah ke Gresik karena dilirik Indra Sibarani yang merupakan pelatih senam artistik untuk program pembibitan atlet di Jawa Timur.
"Saya dipanggil sampai sekarang ini," kata Agus yang menjalani SEA Games pertamanya pada 2007 itu.
Prestasi tertinggi bagi Agus diraih saat Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di mana dia finis peringkat tiga, setelah Shek Wai Hung dari Hong Kong dan Kim Han-Sol asal Korea, untuk merebut medali perunggu.
Namun medali emas di Filipina menjadi capaian paling mengesankan bagi ayah dari dua anak itu.
Jika pensiun nanti, Agus, yang sudah mendapat tempat di Kemenpora sebagai pegawai negeri sipil itu pun punya mimpi ingin membantu pembinaan talenta-talenta muda senam Indonesia nantinya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019