Denpasar (Antara Bali) - Kepala Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi RSUP Sanglah Prof Dr dr Tuti Parwati Merati SpPD mengatakan, ibu yang berstatus mengidap HIV/AIDS (ODHA) belum tentu menularkan virus mematikan tersebut pada anaknya.
"Asalkan ibu tersebut sudah mengetahui sejak awal dirinya terjangkit HIV/AIDS, rutin meminum obat antiretrovirus (ARV) dan mendapat pendampingan serta pemantauan dari dokter," kata Tuti Parwati, di Denpasar, Rabu.
Ia menegaskan, jadi bagi para perempuan yang terkena HIV/AIDS jangan cemas dan putus harapan merasa diri tidak akan memiliki keturunan.
"Paling tidak pada waktu umur kehamilan 14 minggu sudah mulai dilakukan pengobatan sehingga jumlah virus dalam tubuhnya dapat ditekan dan tidak berisiko menularkan pada janin yang dikandung," ucapnya.
Prof Tuti menambahkan, setidaknya pada awal kehamilan monitoring ke dokter dilakukan setiap dua bulan dan menjelang kelahiran kontrol dengan intensitas sebulan sekali. Intinya tidak jauh berbeda dengan waktu kontrol ke dokter kandungan.
"Risiko penularan dapat lebih diminimalisasi, selain melalui meminum ARV secara teratur juga saat proses persalinan dilakukan pada tempat khusus dalam kontrol petugas medis," ujarnya.
Minum ARV secara teratur, sejauh ini terbukti paling berhasil mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Risiko penularan proses kehamilan hingga menyusui yang sebelumnya di kisaran 15-40 persen, kini bisa hanya dua persen dengan penggunaan ARV.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Asalkan ibu tersebut sudah mengetahui sejak awal dirinya terjangkit HIV/AIDS, rutin meminum obat antiretrovirus (ARV) dan mendapat pendampingan serta pemantauan dari dokter," kata Tuti Parwati, di Denpasar, Rabu.
Ia menegaskan, jadi bagi para perempuan yang terkena HIV/AIDS jangan cemas dan putus harapan merasa diri tidak akan memiliki keturunan.
"Paling tidak pada waktu umur kehamilan 14 minggu sudah mulai dilakukan pengobatan sehingga jumlah virus dalam tubuhnya dapat ditekan dan tidak berisiko menularkan pada janin yang dikandung," ucapnya.
Prof Tuti menambahkan, setidaknya pada awal kehamilan monitoring ke dokter dilakukan setiap dua bulan dan menjelang kelahiran kontrol dengan intensitas sebulan sekali. Intinya tidak jauh berbeda dengan waktu kontrol ke dokter kandungan.
"Risiko penularan dapat lebih diminimalisasi, selain melalui meminum ARV secara teratur juga saat proses persalinan dilakukan pada tempat khusus dalam kontrol petugas medis," ujarnya.
Minum ARV secara teratur, sejauh ini terbukti paling berhasil mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Risiko penularan proses kehamilan hingga menyusui yang sebelumnya di kisaran 15-40 persen, kini bisa hanya dua persen dengan penggunaan ARV.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011