Jembatan yang menghubungkan Desa Bongan dengan Desa Gubug dengan panjang 17 meter, lebar 5,5 meter dan tinggi dari permukaan air sungai sekitar lima meter hasil dari kegiatan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-106 mampu meningkatkan laju perekonomian desa di Tabanan.
"Pembangunan jembatan yang melintang di atas aliran Sungai Yeh Empas, sebagai penghubung Desa Gubug dengan Desa Bongan adalah hasil kegiatan fisik yang dilakukan dalam TMMD ke-106," kata Dandim 1619/Tabanan Letkol Inf Toni Sri Hartanto di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, pembangunan jembatan ini membantu proses pertumbuhan ekonomi masyakarat Desa Bongan dan Desa Gubug, dan juga mempercepat jalur transportasi.
Menurut dia, pembangunan jembatan berawal dari keinginan masyarakat Bongan dan Gubug yang sebelumnya telah mengajukan usulan sejak tahun 2009, namun baru terealisasi di TMMD ke-106 tepatnya pada tahun 2019.
"Jadi selama ini masyarakat di dua desa kalau mau saling berurusan itu harus memutar jalan dan melalui jalur kota dengan menempuh waktu selama 30 menit, kalau tidak memutar, ya terpaksa harus memotong aliran sungai, itu juga kalau tidak banjir," jelasnya.
Baca juga: Kasad tutup TMMD ke-106 di Tabanan-Bali
Selain itu, TMMD ke-106 ini juga membuat senderan jalan dan sungai berupa betonisasi sepanjang 65 meter dengan lebar tiga 3 meter, dengan pengerjaannya kini telah mencapai sekitar 85 persen.
Menanggapi hal itu, Kelian Adat Banjar Tonja Desa Gubug I Nyoman Sujana mengatakan Desa Gubug termasuk desa pertanian yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian 75–150 meter di atas permukaan air laut. Suhu udara berkisar 26-32 C dengan curah hujan 200-700 mm per tahun.
“Warga kami kebanyakan bertani padi dan berkebun, jadi kalau ada jembatan gampang mengangkut hasil panen, kalau ada yang mau menjual kelapa, tentu tidak perlu jauh sampai harus memutar segala jika mau ke pasar,” kata Sujana.
Menurutnya, jembatan ini punya nilai strategis karena dapat mempercepat lajunya roda perekonomian di Desa Gubug, Bongan, dan sekitarnya. Selain itu juga membantu, anak-anak sekolah menuju tempat belajar, karena saat ini tidak perlu melewati jalan yang memutar dan beresiko.
"Biasanya kalau tidak bisa melewati Sungai Yeh Empas, tidak ada pilihan lain bagi anak-anak melewati jalan raya jalur provinsi jurusan Gilimanuk-Denpasar, yang ramai dengan kendaraan," ucapnya.
Baca juga: Lewati jalur terjal, Satgas Pamtas Yonif R 142/KJ jaga patok NKRI-Timoer Leste
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Pembangunan jembatan yang melintang di atas aliran Sungai Yeh Empas, sebagai penghubung Desa Gubug dengan Desa Bongan adalah hasil kegiatan fisik yang dilakukan dalam TMMD ke-106," kata Dandim 1619/Tabanan Letkol Inf Toni Sri Hartanto di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, pembangunan jembatan ini membantu proses pertumbuhan ekonomi masyakarat Desa Bongan dan Desa Gubug, dan juga mempercepat jalur transportasi.
Menurut dia, pembangunan jembatan berawal dari keinginan masyarakat Bongan dan Gubug yang sebelumnya telah mengajukan usulan sejak tahun 2009, namun baru terealisasi di TMMD ke-106 tepatnya pada tahun 2019.
"Jadi selama ini masyarakat di dua desa kalau mau saling berurusan itu harus memutar jalan dan melalui jalur kota dengan menempuh waktu selama 30 menit, kalau tidak memutar, ya terpaksa harus memotong aliran sungai, itu juga kalau tidak banjir," jelasnya.
Baca juga: Kasad tutup TMMD ke-106 di Tabanan-Bali
Selain itu, TMMD ke-106 ini juga membuat senderan jalan dan sungai berupa betonisasi sepanjang 65 meter dengan lebar tiga 3 meter, dengan pengerjaannya kini telah mencapai sekitar 85 persen.
Menanggapi hal itu, Kelian Adat Banjar Tonja Desa Gubug I Nyoman Sujana mengatakan Desa Gubug termasuk desa pertanian yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian 75–150 meter di atas permukaan air laut. Suhu udara berkisar 26-32 C dengan curah hujan 200-700 mm per tahun.
“Warga kami kebanyakan bertani padi dan berkebun, jadi kalau ada jembatan gampang mengangkut hasil panen, kalau ada yang mau menjual kelapa, tentu tidak perlu jauh sampai harus memutar segala jika mau ke pasar,” kata Sujana.
Menurutnya, jembatan ini punya nilai strategis karena dapat mempercepat lajunya roda perekonomian di Desa Gubug, Bongan, dan sekitarnya. Selain itu juga membantu, anak-anak sekolah menuju tempat belajar, karena saat ini tidak perlu melewati jalan yang memutar dan beresiko.
"Biasanya kalau tidak bisa melewati Sungai Yeh Empas, tidak ada pilihan lain bagi anak-anak melewati jalan raya jalur provinsi jurusan Gilimanuk-Denpasar, yang ramai dengan kendaraan," ucapnya.
Baca juga: Lewati jalur terjal, Satgas Pamtas Yonif R 142/KJ jaga patok NKRI-Timoer Leste
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019