Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho meminta Pemerintah Kabupaten Bangli melalui perusahaan daerahnya aktif membantu menyerap berbagai komoditas pertanian setempat yang produksinya berlebih.
"Melalui kegiatan ini, kami dapat mendengarkan pemaparan tentang neraca pangan dari Kabupaten Bangli ini, yang bawang merah bagaimana, cabai merah bagaimana, daging dan sebagainya. Kita semua antisipasi, dalam dua bulan ke depan semoga inflasi bisa terkendali," kata Trisno dalam acara High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Bangli di Kantor Bupati Bangli, Rabu.
Dalam pertemuan tersebut, di antaranya terungkap bahwa selama ini produksi ikan mujair dan tomat berlebih. Oleh karena itu, diperlukan solusi sehingga bisa dijual tidak saja di Kabupaten Bangli, tetapi juga keluar kabupaten bahkan luar Provinsi Bali.
"Intinya diperlukan upaya hilirisasi agar misalnya nanti mujair bisa dikeringkan supaya lebih tahan lama dan dijual ke luar daerah seperti ke NTB," ucapnya pada acara yang juga dihadiri perwakilan Badan Pusat Statistik dan pimpinan OPD Kabupaten Bangli itu.
Masih terkait hilirasi, cara lainnya juga harus memiliki BUMD Pangan ataupun Perusda yang bisa langsung membantu menyerap produksi petani ataupun sebagai pengumpul untuk dijual ke tempat lain yang bisa membeli produk pertanian dari Bangli.
"Kalau untuk kelancaran distribusi, dikatakan sudah sampai ke pelosok-pelosok dengan baik, ditambah banyak sekali hotel dan tempat-tempat wisata di Bangli ini," ujar Trisno.
Selain itu diperlukan pasar di masing-masing kecamatan, karena selain sebagai tempat jual beli, pasar juga tempat berkumpulnya para pengepul untuk kemudian produk pertanian bisa dikirimkan ke Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan sebagainya.
Pihaknya sangat menginginkan setidaknya dua kabupaten di Bali, yaitu Kabupaten Bangli dan Badung, BUMD Pangan atau Perusdanya bisa berjalan dan menjadi solusi hilirasi produk pertanian yang berlebih itu.
"Bangli, sebagai sumber pertanian tetap harus didorong, bawang merah, bawang putih tetap ada di sini, cabai, tomat, ayam, telur juga banyak di Bangli. Menurut saya, tetap saja didorong karena pasti akan butuh," katanya.
Menurut Trisno, dengan jumlah penduduk Bali sekitar 4,2 juta jiwa, 6,2 juta wisatawan mancanegara, dan wisatawan Nusantara 7 juta, yang semuanya membutuhkan pangan, maka mestinya masalah over produksi di Kabupaten Bangli bisa tertangani dengan baik.
Baca juga: BI Bali dorong kabupaten dirikan BUMD Pangan
Sementara itu, Bupati Bangli I Made Gianyar mengucapkan terima kasih atas perhatian Bank Indonesia kepada daerah yang dipimpinnya itu. "Bangli banyak dipintarkan oleh BI, salah satunya soal kopi, yang awalnya tidak tahu klasterisasi, sekarang kopi dari Kintamani dengan kualitasnya yang unggul malah menjadi incaran," katanya.
Pihaknya juga komit untuk menjaga inflasi di Bangli agar tidak terlalu tinggi maupun rendah. Prinsipnya supaya masyarakat tetap untung dan pada akhirnya bisa diinvestasikan.
"Kami juga mendorong agar ada Controlled Atmosphere Storages (CAS) karena kami sangat berkepentingan dengan hasil produk hortikultura yang berlimpah sehingga di saat panen itu harganya tidak terlalu rendah," ujarnya.
Gianyar pun mengharapkan supaya pihak Bank Indonesia dapat memfasilitasi perusda setempat untuk ke Jakarta bertemu dengan pihak-pihak terkait belajar dalam operasional BUMD Pangan atau perusda untuk mengelola pasokan produksi pertanian.
Baca juga: BI-Pemkab Badung gelar HLM pastikan inflasi terjaga
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Melalui kegiatan ini, kami dapat mendengarkan pemaparan tentang neraca pangan dari Kabupaten Bangli ini, yang bawang merah bagaimana, cabai merah bagaimana, daging dan sebagainya. Kita semua antisipasi, dalam dua bulan ke depan semoga inflasi bisa terkendali," kata Trisno dalam acara High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Bangli di Kantor Bupati Bangli, Rabu.
Dalam pertemuan tersebut, di antaranya terungkap bahwa selama ini produksi ikan mujair dan tomat berlebih. Oleh karena itu, diperlukan solusi sehingga bisa dijual tidak saja di Kabupaten Bangli, tetapi juga keluar kabupaten bahkan luar Provinsi Bali.
"Intinya diperlukan upaya hilirisasi agar misalnya nanti mujair bisa dikeringkan supaya lebih tahan lama dan dijual ke luar daerah seperti ke NTB," ucapnya pada acara yang juga dihadiri perwakilan Badan Pusat Statistik dan pimpinan OPD Kabupaten Bangli itu.
Masih terkait hilirasi, cara lainnya juga harus memiliki BUMD Pangan ataupun Perusda yang bisa langsung membantu menyerap produksi petani ataupun sebagai pengumpul untuk dijual ke tempat lain yang bisa membeli produk pertanian dari Bangli.
"Kalau untuk kelancaran distribusi, dikatakan sudah sampai ke pelosok-pelosok dengan baik, ditambah banyak sekali hotel dan tempat-tempat wisata di Bangli ini," ujar Trisno.
Selain itu diperlukan pasar di masing-masing kecamatan, karena selain sebagai tempat jual beli, pasar juga tempat berkumpulnya para pengepul untuk kemudian produk pertanian bisa dikirimkan ke Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan sebagainya.
Pihaknya sangat menginginkan setidaknya dua kabupaten di Bali, yaitu Kabupaten Bangli dan Badung, BUMD Pangan atau Perusdanya bisa berjalan dan menjadi solusi hilirasi produk pertanian yang berlebih itu.
"Bangli, sebagai sumber pertanian tetap harus didorong, bawang merah, bawang putih tetap ada di sini, cabai, tomat, ayam, telur juga banyak di Bangli. Menurut saya, tetap saja didorong karena pasti akan butuh," katanya.
Menurut Trisno, dengan jumlah penduduk Bali sekitar 4,2 juta jiwa, 6,2 juta wisatawan mancanegara, dan wisatawan Nusantara 7 juta, yang semuanya membutuhkan pangan, maka mestinya masalah over produksi di Kabupaten Bangli bisa tertangani dengan baik.
Baca juga: BI Bali dorong kabupaten dirikan BUMD Pangan
Sementara itu, Bupati Bangli I Made Gianyar mengucapkan terima kasih atas perhatian Bank Indonesia kepada daerah yang dipimpinnya itu. "Bangli banyak dipintarkan oleh BI, salah satunya soal kopi, yang awalnya tidak tahu klasterisasi, sekarang kopi dari Kintamani dengan kualitasnya yang unggul malah menjadi incaran," katanya.
Pihaknya juga komit untuk menjaga inflasi di Bangli agar tidak terlalu tinggi maupun rendah. Prinsipnya supaya masyarakat tetap untung dan pada akhirnya bisa diinvestasikan.
"Kami juga mendorong agar ada Controlled Atmosphere Storages (CAS) karena kami sangat berkepentingan dengan hasil produk hortikultura yang berlimpah sehingga di saat panen itu harganya tidak terlalu rendah," ujarnya.
Gianyar pun mengharapkan supaya pihak Bank Indonesia dapat memfasilitasi perusda setempat untuk ke Jakarta bertemu dengan pihak-pihak terkait belajar dalam operasional BUMD Pangan atau perusda untuk mengelola pasokan produksi pertanian.
Baca juga: BI-Pemkab Badung gelar HLM pastikan inflasi terjaga
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019