Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menegaskan pemerintah provinsi setempat berkomitmen untuk melestarikan arsitektur Bali karena memiliki ciri khas tersendiri yang sudah terkenal hingga mancanegara.

"Arsitektur Bali itu mempunyai filosofi tersendiri, sehingga tidak bisa diubah sembarangan. Karena setiap bangunan dan tekniknya mengandung makna yang sangat sakral," kata Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat menjadi pembicara utama pada Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMATRA) di Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar, Jumat.

Cok Ace yang juga merupakan jebolan Fakultas Teknik Unud itu memberikan contoh kecil adalah tata letak rumah tradisional Bali yang mempunyai makna tersendiri berdasarkan "asta kosala kosali" yang dianut secara turun-temurun dari leluhur masyarakat Bali.

"Contohnya saja, rumah kita ada Bale Daja yang letaknya di utara, Bale Delod (selatan), Bale Dauh (barat), dan Bale Dangin (timur), itu ada maknanya tersendiri dan peruntukannya," ujarnya.

Konsep seperti itulah, lanjut dia, yang diadopsi oleh Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dalam membangun Bali.

"Kita ingin membangun daerah utara sebagai daerah konservasi dan religi, sehingga wisatawan bisa menyaksikan secara langsung kekhasan budaya Bali yang sangat kental dengan agama Hindu, sementara untuk daerah selatan kita fokus kembangkan hunian wisatawan dan perhotelan," katanya yang juga Ketua PHRI Bali itu.

Baca juga: Wagub minta IAI lebih aktif perjuangkan kepentingan arsitektur Bali

Begitu juga dengan daerah barat dan timur dikembangkan sesuai dengan fungsi dan keunggulan masing-masing. "Konsep kita membangun Bali adalah dalam satu tata kelola 'One Island One Management' sehingga semua karakteristik dan keunggulan kabupaten/kota bisa ditonjolkan," ucapnya.

Wagub Cok Ace berharap para ahli dan pembicara bisa memberikan sumbangsih bagi perkembangan arsitektur Bali, namun tidak lepas dari pakem yang sudah ada. "Saya harap agar seminar ini bisa memberikan kontribusi besar bagi perkembangan arsitektur Bali dengan tetap berpegangan pada filosofi arsitektur itu sendiri," katanya.

Sementara itu, Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik Universitas Udayana I Ketut Sudarsana, ST PHd, menyatakan bahwa bangunan arsitektur di Bali harus tetap memperhatikan unsur budaya yang sudah turun-temurun. Hal ini yang harus benar-benar diperhatikan oleh para arsitek muda Bali.

Apalagi menurutnya tema seminar kali ini yaitu "Kebudayaan, Lingkungan Terbangun dan Arsitektur: Antara Konsepsi, Fungsi, Praktek, dan Resiliensi" sangat relevan dalam upaya pelestarian arsitektur Bali.

Baca juga: Presiden: Pasar Badung miliki arsitektur terbagus

Ia juga berharap melalui seminar ini, para pembicara dan mahasiswa Fakultas Teknik bisa saling membagi pengalaman dan penelitian terkait arsitektur.

"Sebuah penelitian yang bagus tidak ada artinya jika masih tersimpan dalam laptop atau berada di laci meja kerja anda. Jadi mari kita berbagi di sini," ujar Sudarsana.

Ia juga berharap melalui seminar ini, Fakultas Teknik pada khususnya Program Studi Arsitektur yang merupakan salah satu prodi favorit di Unud bisa berkontribusi langsung bagi perkembangan arsitektur Bali.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019