Gianyar (Antara Bali) - Bali Safari & Marine Park di kawasan Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, Kabupaten Gianyar, memanfaatkan limbah dari kotoran dan sisa pakan gajah untuk diolah menjadi kertas.
"Dari sekian jenis limbah padat yang berasal dari banyak hewan, limbah gajah merupakan yang terbaik. Kandungan serat dalam limbah tersebut cukup banyak mencapai 22 persen," kata General Manager Bali Safari & Marine Park (BSMP) Hans Manangsang usai membuka beroperasinya pabrik pengolahaan limbah gajah menjadi kertas di kawasan taman safari itu, Sabtu.
Kenapa limbah gajah banyak serat, katanya, karena hewan yang memiliki belalai panjang itu tidak bisa mencerna makanannya secara sempurna.
Padahal, konsumsi makanannya dalam sehari bisa mencapai 200 kg hingga 250 kg. Dengan konsumsi makanan sebanyak itu, gajah bisa menghasilkan limbah padat mencapai 50 kg per hari.
Karena limbah tersebut masih banyak mengandung serat, maka pihak BSMP berinisiatif menjadikannya sebagai bahan pembuatan kertas atau semacam bubur kertas.
Atas dasar itulah, pihak BSMP membuat unit pengolahan kertas daur ulang dengan memanfaatkan kotoran dari hewan ruminansia tersebut.
Hans Manansang meyakinkan, jika pengolahan limbah gajah menjadi kertas tersebut menjadi yang pertama di Indonesia.
"Baru ini satu-satunya di Indonesia, pengolahan kertas dengan memanfaatkan limbah padat sisa sisa pakan gajah," katanya.
Hans Manansang menegaskan, mulai dari bahan hingga proses dan sampai dengan menjadi kertas, tidak satupun menggunakan bahan kimia.
Bahan kertas itu sendiri diambil dari limbah kertas dari kantor. Untuk sampai menjadi kertas, limbah kertas dan kotoran Gajah direbus dahulu, barulah setelah itu didiamkan sebentar.
Hal ini agar bau dari kotoran tersebut hilang dan lebih menyatukan kedua bahan tersebut. Barulah setelah itu, bahan tersebut diblender hingga jadi bubur.
Selanjutnya, dari bubur tersebut dicampur dengan air dan siap dicetak. Kemudian dijemur hingga kering dan kertas tersebut siap dipergunakan kembali.
"Bahan dan prosesnya sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Hasil kertas daur ulang ini tidak berbau kendati dari limbah padat gajah. Kertas yang sudah jadi bisa digunakan sebagai amplop, kertas tulis ataupun campaign," katanya menjelaskan.
Dalam sehari, kertas daur ulang yang dihasilkan mencapai 225 lembar. Jumlah inipun jika matahari cukup terik selama sehari. Sebab, penjemuran membutuhkan waktu 3-4 jam untuk sampai kering.
"Di sini frame kertas ada 75. Dan tiap frame tersebut memuat tiga kertas berukuran 40 cm x 50 cm. Jadi, jika matahari cukup, dalam sehari produksi kertas bisa mencapai 225 lembar," ujar Hans Manansang.
Dengan jumlah tersebut, produksi kertas itu baru digunakan untuk mencukupi kebutuhan BSMP sendiri. Jika produksinya kelak bisa diperbanyak, maka tak menutup kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain, termasuk ekspor.
"Hasil produksi ini masih untuk di lingkungan BSMP. Tapi jika ada permintaan, kami bisa usahakan menyediakannya," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Dari sekian jenis limbah padat yang berasal dari banyak hewan, limbah gajah merupakan yang terbaik. Kandungan serat dalam limbah tersebut cukup banyak mencapai 22 persen," kata General Manager Bali Safari & Marine Park (BSMP) Hans Manangsang usai membuka beroperasinya pabrik pengolahaan limbah gajah menjadi kertas di kawasan taman safari itu, Sabtu.
Kenapa limbah gajah banyak serat, katanya, karena hewan yang memiliki belalai panjang itu tidak bisa mencerna makanannya secara sempurna.
Padahal, konsumsi makanannya dalam sehari bisa mencapai 200 kg hingga 250 kg. Dengan konsumsi makanan sebanyak itu, gajah bisa menghasilkan limbah padat mencapai 50 kg per hari.
Karena limbah tersebut masih banyak mengandung serat, maka pihak BSMP berinisiatif menjadikannya sebagai bahan pembuatan kertas atau semacam bubur kertas.
Atas dasar itulah, pihak BSMP membuat unit pengolahan kertas daur ulang dengan memanfaatkan kotoran dari hewan ruminansia tersebut.
Hans Manansang meyakinkan, jika pengolahan limbah gajah menjadi kertas tersebut menjadi yang pertama di Indonesia.
"Baru ini satu-satunya di Indonesia, pengolahan kertas dengan memanfaatkan limbah padat sisa sisa pakan gajah," katanya.
Hans Manansang menegaskan, mulai dari bahan hingga proses dan sampai dengan menjadi kertas, tidak satupun menggunakan bahan kimia.
Bahan kertas itu sendiri diambil dari limbah kertas dari kantor. Untuk sampai menjadi kertas, limbah kertas dan kotoran Gajah direbus dahulu, barulah setelah itu didiamkan sebentar.
Hal ini agar bau dari kotoran tersebut hilang dan lebih menyatukan kedua bahan tersebut. Barulah setelah itu, bahan tersebut diblender hingga jadi bubur.
Selanjutnya, dari bubur tersebut dicampur dengan air dan siap dicetak. Kemudian dijemur hingga kering dan kertas tersebut siap dipergunakan kembali.
"Bahan dan prosesnya sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Hasil kertas daur ulang ini tidak berbau kendati dari limbah padat gajah. Kertas yang sudah jadi bisa digunakan sebagai amplop, kertas tulis ataupun campaign," katanya menjelaskan.
Dalam sehari, kertas daur ulang yang dihasilkan mencapai 225 lembar. Jumlah inipun jika matahari cukup terik selama sehari. Sebab, penjemuran membutuhkan waktu 3-4 jam untuk sampai kering.
"Di sini frame kertas ada 75. Dan tiap frame tersebut memuat tiga kertas berukuran 40 cm x 50 cm. Jadi, jika matahari cukup, dalam sehari produksi kertas bisa mencapai 225 lembar," ujar Hans Manansang.
Dengan jumlah tersebut, produksi kertas itu baru digunakan untuk mencukupi kebutuhan BSMP sendiri. Jika produksinya kelak bisa diperbanyak, maka tak menutup kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain, termasuk ekspor.
"Hasil produksi ini masih untuk di lingkungan BSMP. Tapi jika ada permintaan, kami bisa usahakan menyediakannya," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011