Duta Kota Denpasar menunjukkan kepiawaianya dalam seni pertunjukan lewat sajian "Drama Gong", pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 di Taman Budaya Bali.

Kesenian Kota Denpasar sebelumnya sukses membius penonton lewat sajian garapan Kolosal "Legu Gondong", kali ini melalui kesenian Drama Gong yang dibawakan Sekeha Drama Gong Gita Semara Jaya, Banjar Robokan Desa Padangsambian Kaja di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Center Denpasar, Senin (17/6) malam.

Tak ketinggalan, Wakil Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara pun turut berbaur bersama penonton menyaksikan pementasan drama gong yang mengisahkan cerita Raden Bayu Sanjaya ini. Riuh penoton pun pecah ketika seluruh rangkaian cerita yang pada akhirnya menobatkan Raden Bayu Sanjaya sebagai Raja di Kerajaan Sindhu Raja.

Koordinator Pementasan, I Made Gede Kariasa menjelaskan bahwa Drama Gong Duta Kota Denpasar ini mengisahkan cerita Raden Bayu Sanjaya sedang menuntut ilmu di pesraman Tunjung Biru. Suatu hari Raden Bayu Sanjaya merasa gelisah karena setiap malam bermimpi tertimpa bunga yang berjatuhan. Setelah bertanya kepada Hyang Bagawan, ternyata makna dari mimpi itu adalah Raden Bayu Sanjaya akan segera mendapatkan jodohnya.

Lanjut cerita, kata Kariasa, Raden Bayu Sanjaya diperintahkan oleh Hyang Bagawan untuk segera kembali pulang ke Kerajaan Sindhu Raja sambil menjemput jodoh yang dimaksud. Dalam perjalanan pulang, Raden Bayu Sanjaya sampai di padukuhan Njung Slaka dan bertemu dengan seorang gadis yang bernama Niluh Sari. Walau pun singkat, pertemuan itu cukup membuat mereka saling jatuh cinta.

Hal tersebut diketahui oleh Patih Agung. Dan Patih Agung mengatur siasat dengan membujuk Raden Angkara Jaya yang merupakan kakak dari Raden Bayu Sanjaya untuk menggoda Ni Luh Sari. Namun Ni Luh Sari tetap berpendirian teguh tidak melayani keinginan Raden Angkara Jaya. Raden Angkara Jaya sangat marah dan memerintahkan Patih Agung untuk membunuh Ni Luh Sari.

"Patih Agung yang mendapat perintah segera menganiaya Ni Luh Sari dan membuangnya di tengah hutan karena dikiranya Ni Luh Sari sudah meninggal," kata Kariasa menceritakan.

Ni Luh Sari yang dalam keadaan terluka ditemukan oleh Patih Anom. Tidak lama kemudian datang pula Raden Bayu Sanjaya. Akhirnya mereka melaporkan hal tersebut ke Kerajaan Sindhu Raja Tua. Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, Raja Tua akhirnya memutuskan untuk mencari dan menghukum Patih Agung.

"Hari itu juga diputuskan untuk segera menobatkan Raden Bayu Sanjaya sebagai Raja di Kerajaan Sindhu Raja," tuturnya.

Dari semangat cerita tersebut, Kariasa menekankan bahwa drama gong ini merupakan sebuah ajang edukasi melalui ceritanya yang khas dan sarat pesan moral kehidupan. Dengan demikian diharapkan mampu terinspirasi dari sajian drama gong ini.

"Iya walau pun masih jauh dari sempurna, namun penampilan Drama Gong ini dirasa maksimal dan spesial, mengingat Denpasar bukalnlah daerah asli kesenian darama gong ini, namun tetap bisa berkembang dan tumbuh dengan baik," ujarnya.

Disinggung mengenai persiapan, kata Kariasa, pihaknya mengatakan bahwa persiapan telah dilaksanakan sejak empat bulan lalu. Sedikitnya terdapat 35 peserta yang terlibat yang tergabung dalam Sekeha Drama Gong Gita Semara Jaya, Banjar Robokan Desa Padangsambian Kaja Kota Denpasar.

"Setelah PKB ini tentunya kami akan terus lanjutkan latihan untuk mendukung kelestarian kesenian Bali, utamanya Drama Gong ini," katanya.

Seoarang peserta, I Wayan Jinggo mengaku bangga sebagai warga Kota Denpasar dapat membawakan seni drama gong dengan maksimal. Kedepanya tentunya kesenian ini harus terus kita dukung bersama-sama kelestarianya karena sarad akan pesan moral kehidupan dalam ceritanya.

"Saya bangga dan semoga tetap lestari dan ajeg kedepanya kesenian drama gong ini," ujarnya. (*)

baca juga : Pemkot Denpasar sediakan "Co-Working Space"

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019