Pematung Nyoman Nuarta menyatakan Presiden Joko Widodo menjanjikan "dana abadi" untuk pengembangan seni dan kebudayaan yang selama ini memiliki kontribusi besar terhadap pendapatan negara, namun posisinya masih "dianaktirikan" sehingga sulit berkembang.

"Kalau saat ini, sawit masih memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi, maka tidak lama lagi akan digeser sektor pariwisata dengan dominasi peran ada pada seni dan kebudayaan," katanya saat menerima kunjungan tim media massa dan Humas Pemprov Bali ke Museum NuArte (NuArt Sculpture Park) di Bandung, Rabu.

Kepada puluhan pimpinan media yang dipimpin Asisten II (Administrasi dan Umum) Setdaprov Bali I Wayan Suarjana dengan didampingi Kabiro Humas Setdaprov Bali A.A. Ngurah Oka Sutha Diana, sang maestro patung asal Tabanan, Pulau Dewata, itu, menjelaskan dana abadi yang disiapkan pemerintah itu mencapai Rp5 triliun untuk sektor pariwisata dengan Rp800 miliar diantaranya untuk seni dan kebudayaan.

"Presiden menyampaikan janji itu saat menerima puluhan seniman dan budayawan di Istana Negara, kemudian Gubernur Wayan Koster juga melakukan negosiasi kepada Presiden terkait pentingnya anggaran seni dan kebudayaan itu. Presiden sendiri akan segera merealisasikan dana abadi itu setelah dilantik," katanya.

Bahkan, Presiden Jokowi juga menjanjikan akan menambah dana abadi itu dalam setiap tahun hingga mencapai angka Rp40 triliun. Presiden juga meminta dana abadi itu tidak dikelola birokrasi, namun lembaga khusus yang melibatkan seniman dan budayawan, agar semuanya tidak berlangsung birokratis.

"Saya kira janji Presiden itu sangat wajar, karena 60 persen dari pendapatan negara senilai Rp220 triliun berasal dari pariwisata dan 40 persen dari 60 persen itu merupakan kontribusi dari Bali, maka itu kalau Bali selama ini hanya mendapatkan Rp400 miliar itu terlalu kecil," katanya.

Menurut penggagas Patung Garuda Wisnu Kencana setinggi 121 meter itu, dana abadi itu sangat penting untuk mengembangkan seni dan budaya dari hulu ke hilir, sehingga kontribusinya juga akan semakin meningkat.

"Kalau pengembangan budaya lokal atau seni pertunjukan itu masih seperti selama ini dengan swadaya, maka akan sulit bergairah, karena kemampuan masyarakat juga terbatas," katanya.

Perupa itu menambahkan dana abadi itu sangat strategis di era globalisasi pariwisata, karena seni budaya adalah identitas bangsa dan akan menjadi keunggulan bangsa di tengah pergaulan bangsa-bangsa di dunia.

"Seni budaya saat ini juga jangan dipahami secara sempit, karena seperti seni patung misalnya, dapat dipadukan dengan dimensi lain yakni hotel atau arsitektur dan teknologi atau sains, jadi seni budaya kedepan tidak bisa berdiri sendiri," katanya.

Baca juga: Media-Humas Pemprov Bali pelajari "diplomasi kopi" Pemprov Jabar
Baca juga: Gubernur Bali minta media tingkatkan literasi informasi kepada masyarakat
Baca juga: Gubernur Bali siapkan ribuan akses poin Wifi gratis untuk masyarakat

Dalam kesempatan itu, Asisten II (Administrasi dan Umum) Setdaprov Bali I Wayan Suarjana menyampaikan terima kasih atas penyambutan sang maestro, terutama inspirasi kepada pimpinan media massa dan tim Humas Pemprov Bali untuk memberikan yang terbaik pada Pulau Dewata.

"Seperti yang disampaikan, banyak potensi seni dan budaya di Bali, seperti pematung, karena itu tidak ada artinya bila potensi yang ada tidak memberikan yang terbaik kepada Bali, atau malah meninggalkan," katanya, dalam kunjungan yang juga diikuti Kasi Sumber Daya Komunikasi Publik, Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali, Ida Bagus Ketut Agung Ludra (IBKA Ludra), itu. (*/editor:Masuki M Astro)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019