Denpasar (Antara Bali) - Batik Bali saat ini masih digemari masyarakat Pulau Dewata untuk berbagai aktivitas, termasuk acara perkawinan, sehingga berdampak pada baiknya penjualan produk itu.
"Kualitas dan motifnya yang memang sangat bagus sehingga konsumen pun setia walaupun harga jual cukup tinggi. Rata-rata omset penjualan yang saya peroleh pada hari biasa sampai akhir pekan bisa mencapai puluhan juta rupiah," kata Anak Agung Inten Trisna M, perajin batik bali sekaligus pemilik Diamanta Collection yang berada di Jalan Merdeka, Kota Denpasar, Jumat.
Menurut dia, konsumennya berasal dari berbagai daerah di wilayah tujuan wisata internasional itu, termasuk wisatawan domestik yang datang ke Bali.
Dia menjelaskan, harga jual batik khas Pulau Dewata itu untuk jenis biasa dengan motif terbaru masih sekitar Rp400 ribu sampai jutaan rupiah.
Bahkan, tambah wanita yang akrab disapa Gung Inten itu, khusus produk batik yang dipadukan dengan kain songket yang diperuntukkan kaum lelaki harganya bisa mencapai Rp3,5 juta ke atas.
Menurut dia biasanya batik tersebut digunakan untuk keperluan upacara adat, seperti perkawinan. Para penggunanya pun terkadang dari kalangan menengah ke atas.
"Selain untuk keperluan ritual keagamaan, saya juga sering mendapatkan pesanan seragam batik dari instansi pemerintah maupun swasta yang ada di Pulau Dewata," ujarnya.
Gung Inten mengatakan, jumlah pesanan untuk seragam dari intansi tersebut rata-rata antara 25 sampai 30 potong. Jumlah itu memang tidak terlalu banyak karena pihaknya tidak bisa memproduksi motif yang sama secara massal.
"Sebab cukup sulit untuk membuat satu motif yang sama dalam jumlah banyak karena batik ini merupakan buatan tangan yang proses pembuatannya cukup rumit," ujarnya.
Gung Inten berpendapat, penjualan batik khas pulau seribu pura itu terus meningkat semenjak tiga tahun lalu, dan diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Namun guna mempertahankan penjualan tersebut, saya harus terus melakukan terobosan dan inovasi produk dengan membuat motif baru yang diperkirakan dapat diterima konsumen di pasaran," katanya.
Menurut dia, untuk mewujudkan itu bukanlah hal yang mudah karena perlu waktu dan pengorbanan material bahan baku yang digunakan saat melakukan percobaan-percobaan guna mendapatkan motif dan warna baru tersebut.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Kualitas dan motifnya yang memang sangat bagus sehingga konsumen pun setia walaupun harga jual cukup tinggi. Rata-rata omset penjualan yang saya peroleh pada hari biasa sampai akhir pekan bisa mencapai puluhan juta rupiah," kata Anak Agung Inten Trisna M, perajin batik bali sekaligus pemilik Diamanta Collection yang berada di Jalan Merdeka, Kota Denpasar, Jumat.
Menurut dia, konsumennya berasal dari berbagai daerah di wilayah tujuan wisata internasional itu, termasuk wisatawan domestik yang datang ke Bali.
Dia menjelaskan, harga jual batik khas Pulau Dewata itu untuk jenis biasa dengan motif terbaru masih sekitar Rp400 ribu sampai jutaan rupiah.
Bahkan, tambah wanita yang akrab disapa Gung Inten itu, khusus produk batik yang dipadukan dengan kain songket yang diperuntukkan kaum lelaki harganya bisa mencapai Rp3,5 juta ke atas.
Menurut dia biasanya batik tersebut digunakan untuk keperluan upacara adat, seperti perkawinan. Para penggunanya pun terkadang dari kalangan menengah ke atas.
"Selain untuk keperluan ritual keagamaan, saya juga sering mendapatkan pesanan seragam batik dari instansi pemerintah maupun swasta yang ada di Pulau Dewata," ujarnya.
Gung Inten mengatakan, jumlah pesanan untuk seragam dari intansi tersebut rata-rata antara 25 sampai 30 potong. Jumlah itu memang tidak terlalu banyak karena pihaknya tidak bisa memproduksi motif yang sama secara massal.
"Sebab cukup sulit untuk membuat satu motif yang sama dalam jumlah banyak karena batik ini merupakan buatan tangan yang proses pembuatannya cukup rumit," ujarnya.
Gung Inten berpendapat, penjualan batik khas pulau seribu pura itu terus meningkat semenjak tiga tahun lalu, dan diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Namun guna mempertahankan penjualan tersebut, saya harus terus melakukan terobosan dan inovasi produk dengan membuat motif baru yang diperkirakan dapat diterima konsumen di pasaran," katanya.
Menurut dia, untuk mewujudkan itu bukanlah hal yang mudah karena perlu waktu dan pengorbanan material bahan baku yang digunakan saat melakukan percobaan-percobaan guna mendapatkan motif dan warna baru tersebut.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011