Bank Indonesia terus menyosialisasikan penerapan perdagangan lintas negara menggunakan mata uang lokal (local currency settlement/LCS) di ASEAN dengan bank-bank fasilitator dan juga importir serta eksportir potensial.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Jakarta, Selasa, LCS perlu diintensifkan karena mampu mengembangkan pasar mata uang lokal, meningkatkan efisiensi transaksi perdagangan, dan juga memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
BI memang mengandalkan LCS sebagai alternatif bertransaksi dagang lintas negara selain menggunakan mata uang dolar AS.
"Secara umum penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dengan Thailand dan Malaysia yang difasilitasi oleh bank "Appointed Cross Currency Dealer Bank"/ACCD di Indonesia menunjukkan progres yang positif," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Sebagai gambaran, hingga akhir triwulan I/2019, total transaksi perdagangan melalui LCS menggunakan Baht Thailanbd mencapai 13 juta dolar AS atau setara Rp185 miliar. Angka itu menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama pada 2018 sebesar tujuh juta dolar AS atau setara Rp96 miliar.
Sementara itu untuk transaksi LCS menggunakan Ringgit Malaysia (MYR), jumlahnya mencapai 70 juta dolar AS atau setara Rp1 triliun. Angka itu meningkat tajam dibandingkan periode yang sama pada 2018 sebesar enam juta dolar AS atau setara Rp83 miliar.
Penerapan LCS merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank Sentral Thailand (BOT) pada 23 Desember 2016 dalam rangka mendorong penggunaan LCS.
Hal ini merupakan bagian dari upaya BI, BNM dan BOT untuk mengurangi ketergantungan dolar AS, meningkatkan pengembangan pasar mata uang lokal, dan pelaksanaan transaksi langsung antar pelaku pasar (direct trading), sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam efisiensi pasar dan menjaga kestabilan nilai tukar.
Penggunaan LCS di kawasan semakin diperluas dan diperkuat dengan kesepakatan antara BI, BNM, BOT dan juga Bank Sentral Filipina dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral se-ASEAN (ASEAN Finance Minister & Central Bank Governors’ Meeting/AFMGM) pada tanggal 5 April 2019 di Chiang Rai, Thailand.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019