Negara (Antara Bali)- Penderita gangguan ginjal di Kabupaten Jembrana meminta RSU Negara memiliki alat cuci darah karena selama ini mereka harus melakukan hal tersebut ke RS Tabanan atau RS Sanglah, Denpasar.
Salah seorang penderita ginjal, Kamis mengatakan, dirinya harus dua kali seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis datang ke RS Sanglah untuk melakukan pencucian darah.
"Tidak hanya biaya, perjalanan ke RS Sanglah yang cukup jauh dari Negara juga seringkali menguras tenaga saya yang sudah sakit ini," katanya.
Meskipun biaya cuci darah yang ia lakukan ditanggung Askes dan memiliki mobil sendiri, penderita ginjal ini tetap merasa berat jika seminggu dua kali harus ke Denpasar.
Penderita ginjal lainnya dari Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan juga mengeluhkan hal yang sama.
Laki-laki yang mengandalkan mata pencahariannya dari bertani juga seminggu dua kali melakukan cuci darah di RS Tabanan.
Ia mengatakan, dulu biaya untuk cuci darah harus ia tanggung sendiri dan karena cukup mahal terpaksa ia harus menjual beberapa bidang tanah miliknya.
"Tapi sekarang biaya itu ditanggung Jankesmas, namun masih sering bingung juga untuk mencari biaya sewa mobil ke Tabanan," katanya.
Jarak tempuh ke Kabupaten Tabanan sendiri dari Kabupaten Jembrana memakan waktu sekitar 1 jam sementara untuk ke RS Sanglah bisa sampai 3 jam.
Menurut dua penderita ginjal ini, masih ada warga Kabupaten Jembrana lainnya yang mengalami sakit seperti mereka.
Bupati Jembrana, I Putu Artha yang dikonfirmasi mengatakan, sebenarnya RSU Negara sudah memiliki 1 unit alat cuci darah yang dibeli pada tahun 2009.
"Namun kalau alatnya cuma satu kita tidak berani menggunakannya, khawatir di tengah jalan saat cuci darah macet atau rusak. Harus ada cadangan alat baru bisa," katanya.
Sedangkan Sekretaris Dinas Kesehatan Dan Kesos Jembrana, drg. Ni Wayan Rustiati MKes mengatakan, minimal dibutuhkan 4 unit alat cuci darah baru pihaknya berani menggunakannya.
Menurutnya, dari sisi kesiapan sumberdaya manusia untuk mengoperasikan alat tersebut sebenarnya sudah siap.
Untuk mendapatkan alat lagi, Rustiati mengungkapkan, akan menjalin kerjasama operasional dengan pihak ketiga.
Dalam kerja sama itu, Pemkab Jembrana menyediakan ruangan dan sumberdaya manusia sementara pihak ketiga menyediakan alatnya.
"Kita juga membeli segala keperluan untuk cuci darah dari pihak ketiga tersebut. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa terealisasi," kata Rustiati. *
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Salah seorang penderita ginjal, Kamis mengatakan, dirinya harus dua kali seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis datang ke RS Sanglah untuk melakukan pencucian darah.
"Tidak hanya biaya, perjalanan ke RS Sanglah yang cukup jauh dari Negara juga seringkali menguras tenaga saya yang sudah sakit ini," katanya.
Meskipun biaya cuci darah yang ia lakukan ditanggung Askes dan memiliki mobil sendiri, penderita ginjal ini tetap merasa berat jika seminggu dua kali harus ke Denpasar.
Penderita ginjal lainnya dari Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan juga mengeluhkan hal yang sama.
Laki-laki yang mengandalkan mata pencahariannya dari bertani juga seminggu dua kali melakukan cuci darah di RS Tabanan.
Ia mengatakan, dulu biaya untuk cuci darah harus ia tanggung sendiri dan karena cukup mahal terpaksa ia harus menjual beberapa bidang tanah miliknya.
"Tapi sekarang biaya itu ditanggung Jankesmas, namun masih sering bingung juga untuk mencari biaya sewa mobil ke Tabanan," katanya.
Jarak tempuh ke Kabupaten Tabanan sendiri dari Kabupaten Jembrana memakan waktu sekitar 1 jam sementara untuk ke RS Sanglah bisa sampai 3 jam.
Menurut dua penderita ginjal ini, masih ada warga Kabupaten Jembrana lainnya yang mengalami sakit seperti mereka.
Bupati Jembrana, I Putu Artha yang dikonfirmasi mengatakan, sebenarnya RSU Negara sudah memiliki 1 unit alat cuci darah yang dibeli pada tahun 2009.
"Namun kalau alatnya cuma satu kita tidak berani menggunakannya, khawatir di tengah jalan saat cuci darah macet atau rusak. Harus ada cadangan alat baru bisa," katanya.
Sedangkan Sekretaris Dinas Kesehatan Dan Kesos Jembrana, drg. Ni Wayan Rustiati MKes mengatakan, minimal dibutuhkan 4 unit alat cuci darah baru pihaknya berani menggunakannya.
Menurutnya, dari sisi kesiapan sumberdaya manusia untuk mengoperasikan alat tersebut sebenarnya sudah siap.
Untuk mendapatkan alat lagi, Rustiati mengungkapkan, akan menjalin kerjasama operasional dengan pihak ketiga.
Dalam kerja sama itu, Pemkab Jembrana menyediakan ruangan dan sumberdaya manusia sementara pihak ketiga menyediakan alatnya.
"Kita juga membeli segala keperluan untuk cuci darah dari pihak ketiga tersebut. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa terealisasi," kata Rustiati. *
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011