Bogor (Antara Bali) - Pakar kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr Ir Ricky Avenzora, MScF mengemukakan bahwa sumberdaya ekowisata di Indonesia tergolong dalam klasifikasi sangat tinggi, sehingga sudah seharusnya dikelola secara optimal.
"Hasil evaluasi atas berbagai sumberdaya ekowisata di berbagai kawasan konservasi yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa semua kawasan tersebut mempunyai tingkat keunggulan," katanya saat dihubungi ANTARA dari Bogor, Rabu malam, di sela-sela "International Conference on Sustainable Agriculture and Food Security: Challenges and Opportunities" (ICSAFS) 2011.
ICSAFS 2011 berlangsung selama dua hari, 27-28 September di Bandung, Jawa Barat, yang diselenggarakan Fakultas Pertanian, Peternakan dan Kelautan dan Fakultas Teknologi Industri Universitas Padjajaran (Unpad) itu diikuti berbagai pakar dan peneliti dari berbagai kampus dunia.
Ricky Avenzora, pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan (DKSHE) IPB membawakan dua kertas kerja yang diterima di konferensi itu, yang mengusung tema "Community Based Tourisme Development on Ecotourism in Tanah Datar regency West Sumatra" dan "The Potential and Pitfalls of Ecotourism Development on Natural Reseorces Conservation Area in Indonesia (Potensi dan Kendala Pembangunan Ekoturisme pada Kawasan Konservasi Alam di Indonesia).
Ia mengemukakan bahwa Indonesia telah membangun sektor pariwisata sejak akhir 60-an, dan juga telah membangun kawasan konservasi sejak tahun 1980.
Saat ini, kata dia, Indonesia sudah mempunyai 50 taman nasional (12,3 juta hektare atau ha), 248 cagar alam (4,6 juta ha), 14 taman nasional baru (225.000 ha), 105 taman wisata alam (257 ribu ha), 75 suaka margasatwa (5,1 juta ha), dan 22 taman hutan raya (344 ribu ha).
"Dengan sejarah pembangunan yang sudah relatif panjang dan dengan potensi yang sedemikian besar, ternyata pada tahun 2010, Indonesia hanya bisa mendapatkan 7 juta turis mancanegara," katanya.
Sementara, pada tahun yang sama, Singapura mendapatkan 9,2 juta, Malaysia mendatangkan 24,6 juta, Thailand 15,8 juta, dan China dikunjungi sampai 55,7 juta turis mancanegara, tambah doktor lulusan Universitas George August Gottingen Jerman itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Hasil evaluasi atas berbagai sumberdaya ekowisata di berbagai kawasan konservasi yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa semua kawasan tersebut mempunyai tingkat keunggulan," katanya saat dihubungi ANTARA dari Bogor, Rabu malam, di sela-sela "International Conference on Sustainable Agriculture and Food Security: Challenges and Opportunities" (ICSAFS) 2011.
ICSAFS 2011 berlangsung selama dua hari, 27-28 September di Bandung, Jawa Barat, yang diselenggarakan Fakultas Pertanian, Peternakan dan Kelautan dan Fakultas Teknologi Industri Universitas Padjajaran (Unpad) itu diikuti berbagai pakar dan peneliti dari berbagai kampus dunia.
Ricky Avenzora, pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan (DKSHE) IPB membawakan dua kertas kerja yang diterima di konferensi itu, yang mengusung tema "Community Based Tourisme Development on Ecotourism in Tanah Datar regency West Sumatra" dan "The Potential and Pitfalls of Ecotourism Development on Natural Reseorces Conservation Area in Indonesia (Potensi dan Kendala Pembangunan Ekoturisme pada Kawasan Konservasi Alam di Indonesia).
Ia mengemukakan bahwa Indonesia telah membangun sektor pariwisata sejak akhir 60-an, dan juga telah membangun kawasan konservasi sejak tahun 1980.
Saat ini, kata dia, Indonesia sudah mempunyai 50 taman nasional (12,3 juta hektare atau ha), 248 cagar alam (4,6 juta ha), 14 taman nasional baru (225.000 ha), 105 taman wisata alam (257 ribu ha), 75 suaka margasatwa (5,1 juta ha), dan 22 taman hutan raya (344 ribu ha).
"Dengan sejarah pembangunan yang sudah relatif panjang dan dengan potensi yang sedemikian besar, ternyata pada tahun 2010, Indonesia hanya bisa mendapatkan 7 juta turis mancanegara," katanya.
Sementara, pada tahun yang sama, Singapura mendapatkan 9,2 juta, Malaysia mendatangkan 24,6 juta, Thailand 15,8 juta, dan China dikunjungi sampai 55,7 juta turis mancanegara, tambah doktor lulusan Universitas George August Gottingen Jerman itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011