Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan sudah ada sebanyak 500 ribu orang yang bergabung dalam gerakan petani milenial yang bertujuan memajukan sektor pertanian Indonesia.
Pada kegiatan Apresiasi dan Sinkronisasi Penyuluh dan Petani Andalan di GOR Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, Mentan mengatakan, tahun ini ditargetkan sebanyak satu juta petani milenial untuk membawa sektor pertanian Indonesia semakin maju dan menjadi lumbung pangan dunia.
"Untuk petani milenial sebanyak 500 ribu sudah bergabung," kata Mentan Amran Sulaiman.
Ia menjelaskan, dalam beberapa tahun ini banyak generasi muda yang terlihat tidak tertarik untuk menggeluti sektor pertanian atau menjadi petani. Kesannya yang kotor dan harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang tidak seberapa dibandingkan dengan beberapa profesi atau bisnis yang lain, menjadi penyebab hingga tidak sedikit yang menganggap sebelah mata.
Namun dalam perkembangannya, hadirnya sejumlah peralatan berteknologi canggih seolah membuka mata kaum milenial untuk bisa memanfaatkan sektor pertanian untuk hidup sejahtera.
Mentan mengatakan, sudah memahami itu sehingga pada akhirnya fokus dalam mengembangkan teknologi pertanian mulai dari mesin traktor, penggilingan padi, alat pemanen hingga persoalan bibit juga tidak luput dari sentuhan teknologi.
"Jadi kami modernisasi semua dari hulu ke hilir seperti traktor, penggilingan padi, semua sektor kami gunakan teknologi termasuk penggunaan bibit unggul. Kami punya beberapa peralatan seperti traktor yang bisa jalan sendiri sehingga petaninya tidak harus ada (menjalankan)," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Pada kegiatan Apresiasi dan Sinkronisasi Penyuluh dan Petani Andalan di GOR Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, Mentan mengatakan, tahun ini ditargetkan sebanyak satu juta petani milenial untuk membawa sektor pertanian Indonesia semakin maju dan menjadi lumbung pangan dunia.
"Untuk petani milenial sebanyak 500 ribu sudah bergabung," kata Mentan Amran Sulaiman.
Ia menjelaskan, dalam beberapa tahun ini banyak generasi muda yang terlihat tidak tertarik untuk menggeluti sektor pertanian atau menjadi petani. Kesannya yang kotor dan harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang tidak seberapa dibandingkan dengan beberapa profesi atau bisnis yang lain, menjadi penyebab hingga tidak sedikit yang menganggap sebelah mata.
Namun dalam perkembangannya, hadirnya sejumlah peralatan berteknologi canggih seolah membuka mata kaum milenial untuk bisa memanfaatkan sektor pertanian untuk hidup sejahtera.
Mentan mengatakan, sudah memahami itu sehingga pada akhirnya fokus dalam mengembangkan teknologi pertanian mulai dari mesin traktor, penggilingan padi, alat pemanen hingga persoalan bibit juga tidak luput dari sentuhan teknologi.
"Jadi kami modernisasi semua dari hulu ke hilir seperti traktor, penggilingan padi, semua sektor kami gunakan teknologi termasuk penggunaan bibit unggul. Kami punya beberapa peralatan seperti traktor yang bisa jalan sendiri sehingga petaninya tidak harus ada (menjalankan)," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019