Pemerintah daerah didorong untuk melakukan penertiban kembali terhadap usaha pariwisata yang terindikasi membeli produk lokal sebagai "topeng", namun dicurigai masih sebagian besar menjual produk buatan Tiongkok.
Djohan, selaku Pimpinan PT Bumi Indo Sukses yakni perusahaan oleh-oleh Latex di Bali dengan merk Dunlopillo mengapresiasi langkah Pemda sebelumnya untuk pembenahan tata kelola industri pariwisata di Bali yang sudah dilaksanakan dengan memberantas mafia pasar Tiongkok yang berkedok usaha pariwisata seperti travel dan toko art shop (oleh-oleh).
Namun, ia meminta langkah pemda ini harus terus dilanjutkan dengan menelusuri lebih dalam toko yang menjual oleh-oleh khususnya untuk latex saat ini di Bali sebagian besar masih menjual barang yang bukan asli dari lokal. Mereka, lanjutnya, sebagai kedok atau topeng memang menjual sebagian produk lokal, tetapi dicurigai dominan produk yang dijual ternyata bukan dari produk Indonesia.
"Saya minta pemda agar pembenahan pariwisata di Bali lebih sempurna dengan menelusuri toko-toko yang menjual latex yang bukan asli produk dari Indonesia, itupun jika dari luar agar diberi label dari produsen aslinya, misalnya 'made in China'," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Djohan, selaku Pimpinan PT Bumi Indo Sukses yakni perusahaan oleh-oleh Latex di Bali dengan merk Dunlopillo mengapresiasi langkah Pemda sebelumnya untuk pembenahan tata kelola industri pariwisata di Bali yang sudah dilaksanakan dengan memberantas mafia pasar Tiongkok yang berkedok usaha pariwisata seperti travel dan toko art shop (oleh-oleh).
Namun, ia meminta langkah pemda ini harus terus dilanjutkan dengan menelusuri lebih dalam toko yang menjual oleh-oleh khususnya untuk latex saat ini di Bali sebagian besar masih menjual barang yang bukan asli dari lokal. Mereka, lanjutnya, sebagai kedok atau topeng memang menjual sebagian produk lokal, tetapi dicurigai dominan produk yang dijual ternyata bukan dari produk Indonesia.
"Saya minta pemda agar pembenahan pariwisata di Bali lebih sempurna dengan menelusuri toko-toko yang menjual latex yang bukan asli produk dari Indonesia, itupun jika dari luar agar diberi label dari produsen aslinya, misalnya 'made in China'," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019