Amlapura (Antara Bali) - Kelompok Tani Dukuh Lestari, Desa Sibetan, Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, dalam setahun mampu memproduksi "wine" yang berasal dari salak sebanyak 2.000 liter.
"Produktivitas pengolahan salak menjadi 'wine' akan terus kami tingkatkan dengan menggunakan mesin pengolah yang berkapasitas 1.000 liter," kata I Nengah Suparta, ketua kelompok tani tersebut, di Amlapura, Rabu.
Dia mengatakan, salak yang diolah adalah salak kelas dua. Tujuan diolah komoditi perkebunan itu adalah untuk membantu para petani mendapatkan penghasilan yang lebih besar saat harga pasar tidak bagus.
Biasanya, tambah dia, saat kondisi pasar lemah harga salak menjadi sangat murah sehingga dijual Rp1.000/Kg, akan tetapi harganya menjadi naik apabila digunakan sebagai bahan baku "wine".
"Harga salak yang dijadikan bahan baku 'wine' biasanya Rp2.000 per kilogramnya. Biasanya dengan kapasitas mesin tersebut dibutuhkan sekitar empat ton salak kelas dua untuk satu kali produksi," ujarnya.(**/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Produktivitas pengolahan salak menjadi 'wine' akan terus kami tingkatkan dengan menggunakan mesin pengolah yang berkapasitas 1.000 liter," kata I Nengah Suparta, ketua kelompok tani tersebut, di Amlapura, Rabu.
Dia mengatakan, salak yang diolah adalah salak kelas dua. Tujuan diolah komoditi perkebunan itu adalah untuk membantu para petani mendapatkan penghasilan yang lebih besar saat harga pasar tidak bagus.
Biasanya, tambah dia, saat kondisi pasar lemah harga salak menjadi sangat murah sehingga dijual Rp1.000/Kg, akan tetapi harganya menjadi naik apabila digunakan sebagai bahan baku "wine".
"Harga salak yang dijadikan bahan baku 'wine' biasanya Rp2.000 per kilogramnya. Biasanya dengan kapasitas mesin tersebut dibutuhkan sekitar empat ton salak kelas dua untuk satu kali produksi," ujarnya.(**/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011