Gubernur Bali Wayan Koster menilai penurunan laju pertumbuhan penduduk di Pulau Dewata bukanlah prestasi dan justru mengancam budaya warisan leluhur di daerah setempat.

"Tren pertumbuhan penduduk di Bali dalam lima tahun terakhir tergolong stagnan. Artinya yang lahir sama yang hidupnya berakhir hampir berimbang," kata Koster saat memberikan sambutan dan membuka Rapat Koordinasi Daerah Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali, di Denpasar, Senin.

Gubernur asal Sembiran, Kabupaten Buleleng tersebut  bahkan sudah mendalami data setiap kabupaten dan didapati pertumbuhannya relatif kecil.

Dia mengakui program Keluarga Berencana dua anak di Bali relatif berhasil dari segi angka. Namun, bagi masyarakat Bali data itu justru kurang membahagiakan karena hilangnya nama-nama seperti Nyoman dan Ketut. "Jadi, ada bagian dari warisan leluhur kami ini hilang," ucapnya.

Mantan anggota DPR RI ini mengatakan akan mengubah paradigma kependudukan di Bali dengan tidak lagi fokus pada pengurangan jumlah namun bagaimana membangun keluarga yang berkualitas dan direncanakan dengan baik.

"Saya berharap dengan paradigma ini melahirkan generasi yang sehat, cerdas, kuat, berdaya saing, produktif dan berkontribusi," ujar Koster.

Sementara itu,  Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Catur Sentana menyampaikan laju pertumbuhan penduduk Bali menurun dari 2,31 persen pada tahun 2010 menjadi 2,14 persen pada 2017.

Selain itu terjadi pula penurunan angka kelahiran total dari 2,3 pada tahun 2012 menjadi 2,1 per wanita usia subur pada 2018.

"Penurunan ini selain sebagai dampak penggunaan kontrasepsi yang telah mencapai 54,8 persen bagi pasangan usia subur, juga meningkatnya media usia kawin pertama perempuan dari 21,9 tahun menjadi 22,1 tahun," kata Catur.***3***
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019