Denpasar (Antaranews Bali)  - Politikus Gede Ngurah Wididana mengangkat dalam disertasinya tentang kepemimpinan Gubernur Bali periode 2008-2018 Made Mangku Pastika dengan konsep "Seva Niti" atau kepemimpinan pelayanan dalam ajaran Hindu.

"Seva Niti ini belum banyak dipahami masyarakat, tetapi dengan diteliti lebih lanjut akan mudah dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat luas dan calon-calon pemimpin," katanya disela-sela Ujian Terbuka Promosi Doktor Ilmu Agamanya di IHDN Denpasar, Selasa.

Wididana yang juga Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD Partai Demokrat Bali itu menambahkan berdasarkan sastra-sastra Hindu, "seva niti" menyebutkan kepemimpinan yang melayani dengan cinta kasih, berdasarkan dharma untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

"Seva niti merupakan bagian dari ajaran Karma Marga yakni ajaran yang menitikberatkan pada perbuatan untuk melayani manusia dan melayani Tuhan untuk kesejahteraan masyarakat luas," ucap pria yang akrab dipanggil Pak Oles itu.

Oleh karena itu, Wididana sengaja mengangkat konsep "seva niti" dalam disertasinya yang berjudul "Seva Niti dalam Kepemimpinan Gubernur Bali Periode 2008-2018".

Pemilihan kepemimpinan Made Mangku Pastika dalam penelitian disertasinya, menurut dia, karena konsep-konsep kemimpinannya secara tidak langsung ternyata menerapkan konsep "seva niti".

"Pastika juga telah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu, 10 tahun memimpin Bali dan sekaligus pemeluk Hindu," ujar pria yang pendidikan S2-nya diselesaikan di Faculty of Agriculture, University of The Ryuksyus, Japan tersebut.

Penelitian disertasi dilaksanakan selama dua tahun, berkeliling Bali dengan menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif. Data primer diperoleh dari teks tentang "seva niti" dan wawancara dengan Gubernur Made Mangku Pastika.

Untuk data sekunder didapatkan dari dokumentasi, arsip-arsip dan buku-buku yang berkaitan dengan objek material. Data sekunder juga didapat melalui wawancara responden melalui metode "snowball sampling" atau pengambilan sampel beruntun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ternyata konsep-konsep kepemimpinan Pastika selama 10 tahun menjabat Gubernur Bali secara tidak langsung menerapkan konsep "Seva Niti".

Dia mencontohkan penerapan konsep "Seva Niti" yang dilakukan Pastika diantaranya dapat dilihat dari kepemimpinannya yang visioner, bekerja berlandaskan dharma (kebenaran), bagaimana pemimpin-pemimpin baru melalui pendirian sekolah unggulan dan upaya pemerintah dalam memutus rantai kemiskinan.

Hal tersebut kemudian diimplementasikan melalui sejumlah program unggulan yakni bedah rumah, sistem pertanian terintegrasi (Simantri), beasiswa pendidikan hingga pendirian SMAN/SMKN Bali Mandara, program Gerbangsadu, Jaminan Kesehatan Bali Mandara dan sebagainya.

"Berbagai program tersebut bukan untuk dirinya pribadi, tetapi untuk masyarakat," ucap Wididana.

Sementara itu, promotor Prof Dewa Komang Tantra mengatakan disertasi dari Ngurah Wididana tersebut telah menghubungkan kepemimpinan klasik doktrinal dengan karakter kepemimpinan intelektual modern.

"Seva Niti yang diimplementasikan dalam kepemimpinan Gubernur Bali periode 2008-2018 seperti yang telah dikaji memberi dorongan bagi civitas intelektual Hindu untuk menggali kebijaksanaan kuno yang bersumber dari pustaka suci dan memberikan justifikasi ilmiah secara epistemologi, ontologi, maupun aksiologi," ucapnya.

Menurut dia, selama ini kebijaksanaan kuno dalam pustaka suci seolah-olah masih dinomorduakan dibandingkan dengan konsep-konsep dari Barat.

Direktur Program Pascasarjana IHDN Denpasar yang juga Ketua dalam Ujian Terbuka tersebut, Prof Dr Relin DE, MAg mengatakan dengan mempertimbangkan berdasarkan prestasi Ngurah Wididana selama masa studi, ketekunan dan kesungguhan dalam melaksanakan penelitian, hasil ujian tertutup, cara mempertahankan disertasi, dan masa tempuh studi, sehingga ditetapkan Ngurah Wididana lulus dengan predikat Cumlaude dan berhak menyandang gelar Doktor Ilmu Agama.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019