Denpasar (Antara Bali) - Layanan Komunitas Radio Polisi Terpadu (IPRC) hasil kerja sama Bali Hotels Association (BHA) dengan Polda Bali, kini telah menjangkau seluruh kawasan wisata dan lokasi-lokasi strategis di Pulau Dewata.
"Awalnya kami gunakan sistem IPRC untuk menangani kondisi kedaruratan hanya mencakup wilayah wisata Kuta, kini sudah bisa terus dikembangkan," kata Direktur Eksekutif BHA Djinaldi Gosana di Denpasar, Senin.
Perluasan jaringan IPRC di seluruh Bali, ujarnya, sebagai upaya untuk memperkuat keberadaaan polisi pariwisata dalam menjalankan tugas-tugasnya.
"Misalkan terjadi kemacetan parah di suatu titik tertentu, dengan adanya IPRC kondisi itu dapat segera dikomunikasikan. Pihak hotel ataupun pebisnis yang akan mengadakan acara pada jam-jam itu setidaknya dapat menunda kegiatan setelah kondisi kemacetan mereda," ungkap Djinaldi.
Dalam upaya memantapkan layanan kedaruratan kepada wisatawan, pihaknya juga melatih anggota polisi pariwisata berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga semakin fasih dalam berbahasa asing itu.
Dengan demikian jika ada wisatawan yang melaporkan suatu kejadian yang menimpanya, anggota polisi pariwisata diharapkan dapat membuat berita acara dalam bahasa Inggris.
Layanan komunikasi kedaruratan itu tidak hanya dapat diakses menggunakan radio genggam (HT), tetapi juga bisa melalui layanan akses jejaring sosial "twitter". Hal ini sebagai langkah antisipasi jika ada anggota BHA yang tidak membawa HT.
"Di BHA, kami juga punya sistem peringatan dini tsunami. Kami mempunyai pemancar khusus yang akan mengirimkan sinyal dari alarm Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dengan telepon genggam para 'general manager' anggota BHA," ujarnya.
Ia menambahkan, begitu ada peringatan bahaya tsunami dari BMKG, maka semua pimpinan hotel anggota BHA akan segera mengetahuinya. Dalam pemancar khusus itu sebelumnya telah tersimpan dua nomor dari setiap perwakilan anggota BHA.
"Dengan kata lain, yang kami punya itu semacam alat 'sms broadcast' atau penyiaran via pesan singkat, sedangkan alarm tsunami dan peralatan lainnya merupakan milik pemerintah. Melalui layanan itu kami dapat terhubung langsung dengan alat yang dipasang pemerintah," kata Djinaldi.
Pihak hotel pun, ujarnya, sudah harus siap mengambil langkah penanganan selanjutnya, karena sejak dua tahun terakhir mereka telah dilatih kesigapan dalam mengantisipasi tsunami.
"Dalam hal ini, layanan IPRC tetap kami gunakan untuk mengantisipasi jika sampai terjadi situasi gangguan saluran komunikasi saat ada gempa dan tsunami," jelasnya.
Program keselamatan dan antisipasi keamanan serta kedaruratan yang dilakukan BHA itu merupakan upaya agar Bali dapat menjadi destinasi wisata yang terbaik khususnya di wilayah Asia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Awalnya kami gunakan sistem IPRC untuk menangani kondisi kedaruratan hanya mencakup wilayah wisata Kuta, kini sudah bisa terus dikembangkan," kata Direktur Eksekutif BHA Djinaldi Gosana di Denpasar, Senin.
Perluasan jaringan IPRC di seluruh Bali, ujarnya, sebagai upaya untuk memperkuat keberadaaan polisi pariwisata dalam menjalankan tugas-tugasnya.
"Misalkan terjadi kemacetan parah di suatu titik tertentu, dengan adanya IPRC kondisi itu dapat segera dikomunikasikan. Pihak hotel ataupun pebisnis yang akan mengadakan acara pada jam-jam itu setidaknya dapat menunda kegiatan setelah kondisi kemacetan mereda," ungkap Djinaldi.
Dalam upaya memantapkan layanan kedaruratan kepada wisatawan, pihaknya juga melatih anggota polisi pariwisata berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga semakin fasih dalam berbahasa asing itu.
Dengan demikian jika ada wisatawan yang melaporkan suatu kejadian yang menimpanya, anggota polisi pariwisata diharapkan dapat membuat berita acara dalam bahasa Inggris.
Layanan komunikasi kedaruratan itu tidak hanya dapat diakses menggunakan radio genggam (HT), tetapi juga bisa melalui layanan akses jejaring sosial "twitter". Hal ini sebagai langkah antisipasi jika ada anggota BHA yang tidak membawa HT.
"Di BHA, kami juga punya sistem peringatan dini tsunami. Kami mempunyai pemancar khusus yang akan mengirimkan sinyal dari alarm Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dengan telepon genggam para 'general manager' anggota BHA," ujarnya.
Ia menambahkan, begitu ada peringatan bahaya tsunami dari BMKG, maka semua pimpinan hotel anggota BHA akan segera mengetahuinya. Dalam pemancar khusus itu sebelumnya telah tersimpan dua nomor dari setiap perwakilan anggota BHA.
"Dengan kata lain, yang kami punya itu semacam alat 'sms broadcast' atau penyiaran via pesan singkat, sedangkan alarm tsunami dan peralatan lainnya merupakan milik pemerintah. Melalui layanan itu kami dapat terhubung langsung dengan alat yang dipasang pemerintah," kata Djinaldi.
Pihak hotel pun, ujarnya, sudah harus siap mengambil langkah penanganan selanjutnya, karena sejak dua tahun terakhir mereka telah dilatih kesigapan dalam mengantisipasi tsunami.
"Dalam hal ini, layanan IPRC tetap kami gunakan untuk mengantisipasi jika sampai terjadi situasi gangguan saluran komunikasi saat ada gempa dan tsunami," jelasnya.
Program keselamatan dan antisipasi keamanan serta kedaruratan yang dilakukan BHA itu merupakan upaya agar Bali dapat menjadi destinasi wisata yang terbaik khususnya di wilayah Asia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011