Bandung (Antara Bali) - Pada musim lebaran 2011, pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu menargetkan kunjungan wisatawan sebanyak 8.000 orang setiap harinya.

Jumlah wisatawan sebanyak itu, bisa lebih dari target karena pada umumnya para pengunjung bertahan lama di puncak kawah selama dua jam dan diganti dengan pengunjung lainnya, kata Direktur Utama PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) selaku pengelola Gunung Tangkubanparahu, Putra Kaban saat dihubungi wartawan, Minggu.

Kalau melihat pengalaman musim lebaran sebelumnya, jumlah wisatawan yang datang ke Gunung Tangkubanparahu bisa mencapai 10.000 orang setiap harinya. Untuk menyambut kunjungan wisatawan di musim lebaran tahun ini kita telah mempersiapkan infrastruktur penunjang dan tambahan petugas, ujarnya.

Beberapa infrastruktur yang telah diperbaiki agar membuat pengunjung merasa aman dan nyaman, pihaknya, sambung Kaban, telah memperbaiki sejumlah pagar yang ada di pinggir kawah Ratu dan Domas. Selain itu, membuat rambu-rambu penunjuk arah menuju kawah.

"Papan imbauan agar pengunjung untuk waspada terhadap gas yang terhirup dari kawah pun kita buat. Sedangkan untuk keamanan, kita pun telah siagakan satuan keamanan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," ujarnya.

Sedangkan untuk akses jalan, setiap tahun pengelola selalu melakukan perbaikan jalan. Saat ini, seluruh karyawan PT GRPP ada 120 orang. Kemungkinan pada musim lebaran ini, pihaknya akan menambah karyawan sampai 30 orang banyaknya. Hanya saja, penambahan ini sifatnya kondisional.

Disampaikannya, saat ini, meskipun tersiar kabar adanya peningkatan aktivitas gunung tersebut tidak mempengaruhi niat wisatawan untuk berkunjung. Terlebih, pihaknya belum mendapatkan laporan resmi mengenai adanya aktivitas tersebut. Ditambahkannya, pihaknya pun belum menemukan bukti banyaknya burung yang mati di sekitar Kawah Ratu dan Kawah Domas, sebagaimana disampaikan pihak PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi) sebelumnya.

"Kami belum pernah menemukan burung-burung yang mati tapi kalau pohon-pohon yang mengering memang terjadi. Tapi itupun bukan disebabkan oleh naiknya aktivitas Gunung Tangkubanparahu, lebih disebabkan faktor iklim kemarau," kata Kaban.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011