Denpasar (Antaranews Bali) - Bank Indonesia menyokong optimalisasi produktivitas pertanian di Bali agar mampu menekan inflasi dan dapat memenuhi kebutuhan pasar terutama setelah diterbitkannya peraturan gubernur terkait pemasaran dan pemanfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal di Pulau Dewata. 
     
"Peraturan gubernur itu adalah terobosan dan yang perlu dipersiapkan yakni produksi berkualitas dan kuantitas cukup agar pembeli tidak kecewa karena mereka sudah diwajibkan membeli produk lokal," kata Kepala Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Rabu. 
     
Menurut dia, bentuk dukungan yang dilakukan bank sentral itu di Bali yakni dengan mendirikan 13 kelompok tani seperti beras, cabai, peternakan sapi, bawang merah, dan bawang putih yang baru dimulai pengembangannya pada tahun 2018. 
     
Khusus bawang putih, BI sukses mengembangkan proyek percontohan pada lahan seluas dua hektare di Desa Wanagiri, Kabupaten Buleleng dengan produktivitas hingga 7,48 ton per hektare. 
     
Keberhasilan itu diharapkan menjadi penyemangat bagi petani yang selama ini khawatir memulai budidaya bawang putih mengingat tingginya komposisi impor hingga mencapai 95 persen dari kebutuhan sebanyak 400.000 ton nasional. 
     
Di tangan kelompok tani Manik Pertiwi binaan BI, meraka diarahkan untuk penguatan pembenihan bawang putih dalam rangka mengawali upaya pengembangan swasembada bawang putih.
     
Selain bertujuan untuk menjaga pasokan, sejumlah produk pertanian juga berpotensi dapat menjadi sumber penyokong cadangan devisa, khususnya apabila terdapat ketergantungan impor atas komoditas tersebut. 
     
Untuk komoditas cabai, pengembangan kelompok tani selain sebagai upaya pengendalian inflasi, juga sebagai sarana pemanfaatan lahan marjinal salah satunya yang banyak terdapat di wilayah Karangasem. 
     
Bank sentral itu membina kelompok tani Merta Buana yang mampu memanen cabai di luar musim tanam dan juga bersinergi dengan kelompok pendukung dalam sektor hilirisasi hasil budidaya cabai.
     
Komoditas lain yang menjadi perhatian BI Bali yakni kakao di Kabupaten Jembrana yang dikembangkan melalui identifikasi komoditas unggulan untuk mendorong produktivitas petani agar berorientasi ekspor. 
     
Kakao hasil budidaya Koperasi Kerta Semaya diekspor ke Prancis dan Jepang dan menjadi salah satu kakao terbaik dunia oleh LSM pemerhati kakao dunia, Cocoa of Excellence selain Pantai Gading dan Ghana.
     
BI juga mengarahkan program sosial berupa bibit pertanian hingga alat mesin pertanian dan memberikan pendampingan berupa pelatihan budidaya organik maupun penguatan kelompok atau manajemen. 
     
Melalui penguatan pertanian itu, lanjut dia, juga sejalan dengan Pergub Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali yang baru diluncurkan Gubernur Bali Wayan Koster. 
     
Salah satu yang diatur dalam Pergub itu yakni mewajibkan toko swalayan membeli dan menjual dengan besaran masing-masing produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta peternakan paling sedikit 60 persen dari total volume produk yang dipasarkan. 
     
Selain itu produk perikanan lokal Bali dan industri lokal Bali paling sedikit 30 persen dari total volume produk yang dipasarkan. 
     
Pergub tersebut juga mewajibkan hotel, restoran, katering dan toko swalayan bermitra dengan petani, UMKM dan koperasi.

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019