Denpasar (Antaranews Bali) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali Putri Suastini Koster meminta masyarakat di daerah itu untuk memviralkan kain tenun endek yang memang asli diproduksi perajin dari Pulau Dewata untuk dipakai dalam keseharian.

"Kalau kita menggunakan kain endek Bali, tetapi diproduksinya di luar Bali dan kita hanya sebagai konsumen, 'kan sangat miris sekali," kata Putri Koster, di Denpasar, Rabu.

Kain endek asal Bali, menurut dia, dulu sangat terkenal. Bahkan yang paling fenomenal yakni tenun dobel ikat geringsing dari Tenganan, Kabupaten Karangasem.

"Tetapi sekarang dengan mudahnya motif kain geringsing dicetak oleh pabrik-pabrik tekstil, demikian juga motif tenun Bali lainnya," ujar istri orang nomor satu di Pulau Bali itu.

Oleh karena itu, Putri Koster ingin kembali memunculkan fanatisme masyarakat Bali agar lebih mencintai produksi daerah sendiri, sehingga akan lebih membangkitkan industri kecil dan menengah yang ada.

"Kami ingin memviralkan jargon kami, cintailah produk dalam negeri, gunakan produk produksi daerah sendiri. Jika kita memakai produk produksi daerah sendiri, tidak akan mematikan produksi Nusantara," ucapnya.

Putri Koster mencontohkan, kalau ingin mengenakan kain khas NTT, maka kenakanlah kain yang diproduksi perajin NTT. Demikian juga kalau ingin memakai kain batik, gunakanlah batik dari Jawa ataupun Cirebon, serta kalau mau memakai endek, kenakanlah endek produksi Bali.

Di sisi lain, dia mengingatkan bahwa ketika  ingin berswadesi di bidang sandang, maka mau tidak mau mesti dipenuhi kebutuhan dari hulu hingga hilir.

"Kami mengharapkan, Dinas Pertanian atau Kehutanan bisa menyiapkan bibit kapas. Paling tidak dalam lima tahun ke depan bisa tumbuh kapas dimana-mana untuk dipintal, sehingga  perajin kita tidak kehabisan benang untuk membuat kain yang khas Bali dan berkualitas tinggi ," katanya.

Menurut dia, sesungguhnya banyak motif endek khas Bali, namun sayang benangnya masih didatangkan dari daerah lain.(ed)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018