Denpasar (Antaranews Bali) - Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali optimistis pertumbuhan wisatawan China akan kembali melonjak mendekati libur panjang akhir tahun setelah mengalami penurunan sekitar 40 persen pada November 2018 jika dibandingkan bulan sebelumnya. 
     
"Bali merupakan salah satu destinasi yang diminati. Dari sekitar 200 juta pemegang paspor, dua persen saja berkunjung ke Bali, itu jumlah yang sangat besar. Mereka pasar potensial," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Jumat. 
     
Optimisme tersebut muncul setelah pelaku pariwisata di Bali melakukan promosi pariwisata bersama dengan Wakil Gubernur Bali Cokorda Oka Arta Ardana Sukawati ke Shanghai dan Beijing awal Desember 2018.
     
Dalam kesempatan itu, para pelaku pariwisata tersebut bertemu dengan puluhan operator bisnis pariwisata di dua kota di China dan mengenalkan lebih lengkap perkembangan Pulau Dewata termasuk produk pariwisata Bali. 
     
"Mereka harus melihat Bali secara keseluruhan, masyarakatnya yang ramah, seni dan budaya yang menjadi magnet dan tidak ada yang sama dengan destinasi lain di dunia," ucapnya.
     
Ia menjelaskan penurunan turis dari negeri tirai bambu itu diperkirakan karena periode November merupakan "low season" atau musim sepi kunjungan. 
     
Selain itu juga didorong beberapa peristiwa alam seperti gempa bumi di Lombok dan Palu yang bersusulan serta tragedi jatuhnya pesawat Lion Air turut berkontrinusi membuat penurunan kunjungan. 
     
Meski demikian, ia tidak memungkiri penurunan itu juga terjadi setelah pemerintah menutup sejumlah toko yang terafiliasi dengan praktik wisata murah atau "zero dollar tour".
     
Praktik curang itu menggiring wisatawan China lebih banyak diajak ke sejumlah pertokoan dengan barang yang justru banyak buatan negeri tirai bambu itu dengan sistem pembayaran yang tidak masuk di Indonesia, serta tenaga kerja asing. 
     
Kegiatan itu sebelumnya sudah diatur sedemikian rupa oleh agen wisata tertentu yang berafiliasi dengan tempat penjualan. 
     
Akibatnya, penerimaan negara devisa kedatangan wisatawan Tiongkok itu tidak optimal dan cenderung rendah selama masa tinggal rata-rata lima hari empat malam.
     
Terkait itu pihaknya memohon Pemprov Bali melakukan perubahan aturan perizinan biro perjalanan wisata beroperasi di Bali termasuk meningkatkan kualitas kerja sama dan koordinasi antarasosiasi pariwisata di bawah Gabungan Industri Pariwisata Indonesia. 
     
Sementara itu Ketua "Bali Liang" atau komite di Asita Bali yang khusus membidangi wisatawan China, Elsye Deliana mendukung langkah pemerintah menutup toko yang melanggar aturan termasuk terafiliasi melakukan praktik "zero tour dollar".
     
Agen perjalanan wisata dari China, kata dia, juga sepakat ingin membantu menghapus praktik wisata murah itu setelah ia bersama pelaku pariwisata lainnya mengadakan promosi awal Desember 2018.
     
"Kami mau menyakinkan ke agen di China bahwa kami akan bangkitkan lagi dengan wajah baru, tidak ada lagi 'zero tour fee', mereka harus mau bantu kami, karena Bali tidak mau jual murah lagi," ucapnya. 
     
Senada dengan Ardana, pengusaha yang akrab disapa Meilan itu juga optimistis wisatawan China akan kembali tumbuh terbukti dengan mulai banyaknya turis Tiongkok berkunjung di Bali. 
     
Bahkan salah satu agen perjalanan wisata di Bali membawa 3.500 rombongan turis China berwisata di Pulau Dewata. 
     
Ia mengakui kunjungan turis China untuk Desember memang tidak signifikan karena musim puncak mereka berlibur biasanya pada Februari atau ketika hari raya Imlek.  
     
Asita Bali mencatat kunjungan wisatawan China periode Januari- November 2018 dibanding periode sama tahun 2017 mengalami penurunan 6,6 persen dari 1,37 juta orang menjadi 1,29 juta orang. 

Sedangkan Bandara I Gusti Ngurah Rai mencatat selama Januari-November 2018, jumlah wisatawan mancanegara melalui jalur udara mencapai 5,62 juta orang atau naik 7,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. 
     
Meski China menduduki posisi pertama dengan porsi 23 persen mencapai 1,29 juta, namun apabila dibandingkan Oktober, kedatangan turis dari Tiongkok itu menurun hampir 40 persen. (*)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018