Denpasar (Antaranews Bali) - Tradisi "mebat" atau memasak makanan khas Bali mengawali sosialisasi pemilu yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali melalui pemasangan alat peraga kampanye (APK) kontestan DPRD, DPR, DPD serta Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2019.
Peresmian dimulainya pemasangan APK Pemilu 2019 ditandai dengan membuka selubung papan baliho di KPU Provinsi Bali, Jumat, yang disaksikan oleh pengurus partai politik dan calon DPD-RI serta undangan lainnya.
Ketua KPU Provinsi Bali Dewa Agung Lidartawan mengatakan sejak 23 November 2018 secara simbolis APK Pemilu 2019 bisa dipasang oleh para kontestan peserta pemilu mendatang.
"Pemasangan APK sudah bisa dilakukan di Bali mulai hari ini (Jumat) hingga batas waktu pada 13 April 2019. Dan pemasangan APK tersebut sudah ada aturannya," ujar Agung Lidartawan, didampingi komisioner KPU Bali Jhon Darmawan.
Selain itu, kata Agung Lidartawan, sosialisasi pemilu kepada jajaran partai politik, juga diawali dengan tradisi "mebat" yakni memasak makanan bersama di Kantor KPU Bali.
"Kami sengaja meranjang kegiatan sosialisasi pemilu ini dengan makan bersama. Namun diawali memasak bersama yang dilakukan oleh pengurus parpol. Keunikan yang dimiliki bersama adalah dengan tradisi 'mebat', yakni bersama-sama meracik bumbu makanan khas Bali, seperti membuat lawar," ucap pria asal Kabupaten Bangli itu.
Menurut dia, dengan meracik bumbu bali bersama ini sebagai bentuk persahabatan dan persaudaraan dalam budaya masyarakat Pulau Dewata. Kemudian makan pun disajikan secara bersama-sama, seperti "magibung" atau prasmanan tersebut.
"Jadi dengan kebersamaan ini memberi spirit dalam berdemokrasi harus membangun kesadaran bersama, walau ada perbedaan partai maupun pilihan, tetapi tetap menjunjung tinggi persaudaraan tersebut. Kami berharap melalui masak bersama, dan makan bersama ini dalam berdemokrasi selalu menjunjung tinggi kedamaian," ujarnya.
Seorang pengurus PDIP Bali Made Supartha mengatakan kegiatan "mebat" bersama ini sebagai bentuk kebersamaan bagi masyarakat Bali. Begitu juga berharap dalam demokrasi menghadapi Pemilu 2019 selalu mengedepankan kedamaian.
"Kegiatan 'mebat' atau memasak yang dilakukan kaum laki-laki di Bali sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Ini juga menjadi sebuah simbolis bahwa untuk kehidupannya harus dilakukan bersama-sama dengan bergotong royong," ucap pria asal Kabupaten Tabanan ini.
Hal senada dikatakan Wayan Ridet, pengurus Partai Demokrat Bali, bahwa tradisi "mebat" ini menjadi pemersatu dalam setiap orang Bali mempunyai hajatan. Karena menu kuliner ini akan dimakan bersama-sama juga.
"Melalui tradisi 'mebat' ini harus tetap bersatu. Begitu juga menyongsong Pemilu 2019 harus kedamaian menjadi garda terdepan memajukan bangsa dan negara," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Peresmian dimulainya pemasangan APK Pemilu 2019 ditandai dengan membuka selubung papan baliho di KPU Provinsi Bali, Jumat, yang disaksikan oleh pengurus partai politik dan calon DPD-RI serta undangan lainnya.
Ketua KPU Provinsi Bali Dewa Agung Lidartawan mengatakan sejak 23 November 2018 secara simbolis APK Pemilu 2019 bisa dipasang oleh para kontestan peserta pemilu mendatang.
"Pemasangan APK sudah bisa dilakukan di Bali mulai hari ini (Jumat) hingga batas waktu pada 13 April 2019. Dan pemasangan APK tersebut sudah ada aturannya," ujar Agung Lidartawan, didampingi komisioner KPU Bali Jhon Darmawan.
Selain itu, kata Agung Lidartawan, sosialisasi pemilu kepada jajaran partai politik, juga diawali dengan tradisi "mebat" yakni memasak makanan bersama di Kantor KPU Bali.
"Kami sengaja meranjang kegiatan sosialisasi pemilu ini dengan makan bersama. Namun diawali memasak bersama yang dilakukan oleh pengurus parpol. Keunikan yang dimiliki bersama adalah dengan tradisi 'mebat', yakni bersama-sama meracik bumbu makanan khas Bali, seperti membuat lawar," ucap pria asal Kabupaten Bangli itu.
Menurut dia, dengan meracik bumbu bali bersama ini sebagai bentuk persahabatan dan persaudaraan dalam budaya masyarakat Pulau Dewata. Kemudian makan pun disajikan secara bersama-sama, seperti "magibung" atau prasmanan tersebut.
"Jadi dengan kebersamaan ini memberi spirit dalam berdemokrasi harus membangun kesadaran bersama, walau ada perbedaan partai maupun pilihan, tetapi tetap menjunjung tinggi persaudaraan tersebut. Kami berharap melalui masak bersama, dan makan bersama ini dalam berdemokrasi selalu menjunjung tinggi kedamaian," ujarnya.
Seorang pengurus PDIP Bali Made Supartha mengatakan kegiatan "mebat" bersama ini sebagai bentuk kebersamaan bagi masyarakat Bali. Begitu juga berharap dalam demokrasi menghadapi Pemilu 2019 selalu mengedepankan kedamaian.
"Kegiatan 'mebat' atau memasak yang dilakukan kaum laki-laki di Bali sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Ini juga menjadi sebuah simbolis bahwa untuk kehidupannya harus dilakukan bersama-sama dengan bergotong royong," ucap pria asal Kabupaten Tabanan ini.
Hal senada dikatakan Wayan Ridet, pengurus Partai Demokrat Bali, bahwa tradisi "mebat" ini menjadi pemersatu dalam setiap orang Bali mempunyai hajatan. Karena menu kuliner ini akan dimakan bersama-sama juga.
"Melalui tradisi 'mebat' ini harus tetap bersatu. Begitu juga menyongsong Pemilu 2019 harus kedamaian menjadi garda terdepan memajukan bangsa dan negara," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018