Jakarta (Antaranews Bali) - Enam aktivis Greenpeace ditahan oleh kapten kapal tanker raksasa Stolt Tenacity saat melakukan aksi damai menaiki kapal kargo sepanjang 185 meter yang mengangkut minyak kelapa sawit mentah milik Wilmar International di Teluk Cadiz di dekat Spanyol menurut keterangan tertulis dari organisasi lingkungan global itu pada Minggu.
"Kami memiliki keterbatasan kontak radio dengan sukarelawan kami dan telah meminta kapten kapal untuk membebaskan mereka sehingga mereka dapat terus melakukan protes damai terhadap perusahaan seperti Wilmar yang mengirimkan minyak sawit kotor dari perusak hutan ke supermarket dan rumah kami," kata juru kampanye di kapal Greenpeace Esperanza Hannah Martin.
Hannah mengatakan bahwa sebelum ditahan para aktivis berhasil membentangkan spanduk bertuliskan "Save our Rainforest" (Selamatkan Hutan Hujan Kita) dan "Drop Dirty Palm Oil" (Hentikan Minyak Sawit Kotor).
Relawan Greenpeace International yang berasal Indonesia, Jerman, Inggris, Perancis, Kanada dan Amerika Serikat melakukan aksi damai memprotes perusakan hutan di Indonesia dengan menaiki dengan aman dan damai Kapal Stolt Tenacity yang mengangkut minyak kelapa sawit dari Indonesia ke Eropa.
Menurut Greenpeace, kapten kapal tersebut tetap menahan relawan di salah satu kabin kapal kargo meski telah diberitahu melalui saluran radio VHF mengenai rencana aksi protes damai tersebut.
Wilmar adalah pemasok utama minyak kelapa sawit untuk perusahaan raksasa makanan ringan Mondelez, salah satu pembeli minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Investigasi terbaru Greenpeace International menunjukkan pemasok minyak sawit Mondelez telah merusak 70.000 hektare hutan di seluruh Asia Tenggara dalam dua tahun.
"Minyak sawit dapat diproduksi tanpa merusak hutan. Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia menuntut tindakan nyata. Sekarang saatnya bagi Mondelez dan merek rumah tangga lainnya untuk mendengarkan seruan kepada mereka untuk menjauhi Wilmar hingga terbukti minyak sawitnya bersih," kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Asia Tenggara yang berada di kapal Greenpeace Esperanza.
"Saya berasal dari Indonesia. Saya telah menyaksikan dampak deforestasi terkait ulah perusahaan perkebunan sawit nakal yang menyebabkan kota-kota kami tercekik oleh kabut asap kebakaran hutan. Saya di sini untuk mengirim pesan ke Mondelez bahwa minyak sawit kotor Wilmar telah menghancurkan rumah kami," kata pemanjat asal Sulawesi Utara Waya Maweru.
Negara di kawasan tropis telah menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca setiap tahun dari pada seluruh Uni Eropa, mengungguli setiap negara kecuali Amerika Serikat dan Tiongkok.
Pada Oktober 2018, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyerukan penghentian segera deforestasi untuk membatasi suhu global yang meningkat menjadi 1,5 °C.
Baca juga:
Greenpeace kembali tegaskan tidak anti-sawit
Greenpeace sebut produsen camilan AS belum berkelanjutan
(AL)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018