Denpasar (Antaranews Bali) - Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan agar para petani menggalakkan pola tanam tumpangsari, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung dan kedelai di Pulau Dewata.
"Tumpangsari ini memiliki banyak keuntungan, terutama efisiensi tenaga kerja, lahan, dan biaya produksi, sehingga keuntungannya semakin besar saat panen," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Selasa.
Pemprov Bali sendiri telah menggelar "Gerakan Tanam Tumpangsari" itu di Subak Desa Kesiut, Tabanan, belum lama ini. Saat ini, dari total 79.526 hektare luas sawah di Bali, rata-rata luas tanam jagung di Bali pertahun mencapai 16 ribu hektare dan tanaman kedelai 4.000 hektare.
Menurut dia, dalam meningkatkan produksi tanaman pokok seperti padi, jagung, kedelai (pajale) memiliki sejumlah tantangan, antara lain, luas tanam berfluktuasi karena alih fungsi lahan dan anomali iklim, gangguan hama dan penyakit tanaman, dan relatif terbatasnya tenaga kerja.
Untuk menjawab tantangan tersebut, pihaknya telah melakukan beberapa langkah dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan melalui mengembangkan sistem irigasi, meningkatkan pruduksi dengan menerapkan teknologi maju serta asuransi tanaman pangan.
Selain itu, juga diupayakan peningkatan pendapatan dengan cara pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan pupuk dasar dolomit untuk memperbaiki kesuburan tanah, menggunakan bibit unggul, mengatur dan perbaiki cara tanam, pemeliharaan tanaman, dan sedapat mungkin menjual komoditas dalam bentuk hasil.
"Diperlukan tindakan proaktif dan meningkatkan koordinasi antara kelompok tani dengan petugas teknis lapangan dalam menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok tani (RDKK) sebagai persyaratan memperoleh pupuk bersubsidi, dalam pendampingan teknis budidaya dan pengendalian penyakit, serta dalam memfasilitasi pemanfaatan alat mesin pertanian dan kemasan hasil," ucap Wisnuardhana.
Sedangkan terkait tanaman padi, rata-rata luas tanam padi pertahun di Bali mencapai 150.000 hektare (rata-rata dua kali setahun).
Untuk total luas sawah di Bali 79, 526 hektare yang meliputi 1. 603 subak sawah dan untuk sawah terluas ada di Tabanan (21.452 hektare).
Rata-rata luas tanam padi sawah pertahun di Bali 150.000 hektare (dua kali setahun) sedangkan rata-rata luas tanaman jagung 16. 000 hektare dan kedelai 4.000 hektare. "Jadi dengan tumpangsari menjadi upaya mengusahakan tanaman lebih dari satu jenis pada lahan dan waktu yang sama," ujar Wisnuardhana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Tumpangsari ini memiliki banyak keuntungan, terutama efisiensi tenaga kerja, lahan, dan biaya produksi, sehingga keuntungannya semakin besar saat panen," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Selasa.
Pemprov Bali sendiri telah menggelar "Gerakan Tanam Tumpangsari" itu di Subak Desa Kesiut, Tabanan, belum lama ini. Saat ini, dari total 79.526 hektare luas sawah di Bali, rata-rata luas tanam jagung di Bali pertahun mencapai 16 ribu hektare dan tanaman kedelai 4.000 hektare.
Menurut dia, dalam meningkatkan produksi tanaman pokok seperti padi, jagung, kedelai (pajale) memiliki sejumlah tantangan, antara lain, luas tanam berfluktuasi karena alih fungsi lahan dan anomali iklim, gangguan hama dan penyakit tanaman, dan relatif terbatasnya tenaga kerja.
Untuk menjawab tantangan tersebut, pihaknya telah melakukan beberapa langkah dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan melalui mengembangkan sistem irigasi, meningkatkan pruduksi dengan menerapkan teknologi maju serta asuransi tanaman pangan.
Selain itu, juga diupayakan peningkatan pendapatan dengan cara pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan pupuk dasar dolomit untuk memperbaiki kesuburan tanah, menggunakan bibit unggul, mengatur dan perbaiki cara tanam, pemeliharaan tanaman, dan sedapat mungkin menjual komoditas dalam bentuk hasil.
"Diperlukan tindakan proaktif dan meningkatkan koordinasi antara kelompok tani dengan petugas teknis lapangan dalam menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok tani (RDKK) sebagai persyaratan memperoleh pupuk bersubsidi, dalam pendampingan teknis budidaya dan pengendalian penyakit, serta dalam memfasilitasi pemanfaatan alat mesin pertanian dan kemasan hasil," ucap Wisnuardhana.
Sedangkan terkait tanaman padi, rata-rata luas tanam padi pertahun di Bali mencapai 150.000 hektare (rata-rata dua kali setahun).
Untuk total luas sawah di Bali 79, 526 hektare yang meliputi 1. 603 subak sawah dan untuk sawah terluas ada di Tabanan (21.452 hektare).
Rata-rata luas tanam padi sawah pertahun di Bali 150.000 hektare (dua kali setahun) sedangkan rata-rata luas tanaman jagung 16. 000 hektare dan kedelai 4.000 hektare. "Jadi dengan tumpangsari menjadi upaya mengusahakan tanaman lebih dari satu jenis pada lahan dan waktu yang sama," ujar Wisnuardhana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018