Denpasar (Antaranews Bali) - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali melakukan verifikasi usaha akomodasi pariwisata mulai dari agen perjalanan wisata, perhotelan hingga restoran untuk menghentikan praktik curang "jual beli kepala" khususnya menyasar wisatawan China.

 "Sampai sekarang ini hampir 200 perusahaan lagi kami verifikasi, jumlahnya mungkin akan bertambah terus," kata Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana di Denpasar, Senin.

 Dengan begitu, usaha pariwisata tersebut akan berada dalam satu wadah sehingga mudah diawasi apabila melakukan praktik curang.

Perusahaan pariwisata itu, kata dia,  akan dicek legalitasnya, termasuk sertifikasi usaha yang menunjukkan bahwa usaha tersebut bukan usaha bodong.

Nantinya, data perusahaan pariwisata yang sudah diverifikasi itu juga akan diserahkan kepada perwakilan Konjen China di Denpasar agar disampaikan kepada pemerintah negara tersebut.

Sehingga, lanjut Partha, hasil tersebut dapat menjadi referensi bagi pelaku usaha pariwisata di Tiongkok untuk menggunakan jasa pariwisata resmi di Bali. 

Upaya tersebut dilakukan untuk mengatasi praktik curang "jual beli kepala" yang menyebabkan pariwisata Bali dijual dengan sangat murah sehingga bisa merusak citra pariwisata Pulau Dewata.

Pria yang akrab disapa Gus Partha itu bahkan menyebutkan harga untuk wisata arung jeram wisatawan Tiongkok misalnya, bahkan dijual per orang mencapai Rp65 ribu, nilai yang sangat murah dan tidak menutup biaya operasional. 

Bisnis curang tersebut tidak hanya merugikan Bali, tetapi juga wisatawan tersebut karena biaya yang murah dinilai sering mengabaikan standar keamanan dan layanan.

Praktik tersebut, kata dia, juga melahirkan "zero dollar tour" dengan mengajak wisatawan China tur ke sejumlah pertokoan dengan barang buatan negeri tirai bambu itu yang sebelumnya sudah diatur sedemikian rupa oleh agen wisata tertentu yang berafiliasi dengan tempat penjualan. 

Akibatnya, penerimaan negara devisa kedatangan wisatawan Tiongkok itu tidak optimal.

Per harinya, lanjut dia, sekitar 3.000 hingga 3.500 wisatawan China tiba di Bali, diperkirakan sekitar 60 persen di antaranya mengikuti paket tur tersebut dengan perkiraan potensi pendapatan negara yang hilang mencapai Rp4-5 triliun per tahun. 

Meski menduduki peringkat pertama kunjungan wisman di Bali mencapai sekitar 1,3 juta orang, namun pengeluaran wisatawan China paling rendah. 
 
Untuk masa tinggal lima hari empat malam, rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok itu mencapai sekitar 900 dolar AS per orang untuk setiap kunjungan. 

Jumlah itu terpaut cukup jauh jika dibandingkan wisatawan Australia dengan masa tinggal yang sama, lanjut dia, namun mengeluarkan belanja mencapai sekitar 8.000 dolar AS. 

"Saya harapkan mulai Desember tahun ini sudah tidak ada lagi (praktik 'jual beli kepala') dan ini akan menjadi bahan untuk kami bawa kepada pemerintah untuk dibuatkan aturan atau masukan," ucapnya. (ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018