Gianyar (Antaranews Bali) - Delegasi Bank Dunia mengunjungi desa Taro, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar, untuk melihat program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (pamsimas) yang pendanaannya didukung oleh Bank Dunia dan APBD Kabupaten Gianyar sebagai dana pendamping.

“Secara nasional, capaian air minum aman  di Indonesia  sampai akhir tahun 2017 adalah sebesar 72 persen, sedangkan untuk sanitasi sebesar 76 persen,” kata kasubdit Sistem Penyediaan Air Minum Pedesaan selaku Ketua Sentral Proyek Management Unit Pamsimas, Direktoral Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR RI,  Tanozisochilaze, demikian keterangan pers Diskominfo Gianyar, Rabu.

“Program Pamsimas sampai dengan tahun ini  dilaksanakan di 396 kabupaten dan 11 kota, sehingga totalnya berada di 407 daerah melalui program implementasi,” tambah dia.

“Desa Taro hanyalah salah satu contoh hasil kerja masyarakat dengan dukungan pemerintah lebih dari 16.500 desa yang telah melaksanakan Pamsimas,” jelas Tanozisochilaze.

Rombongan Bank Dunia diterima oleh Staf Ahli bidang Pemerintahan dan Kesra Setda kab. Gianyar, Ngakan Putu Darmajati,SH, Pj. Perbekel Desa Taro, I Nyoman Karang, SH dan beberapa kepala OPD terkait di Lingkungan Pemkab. Gianyar, di Wantilan Pura Agung Desa Taro.

Program Pansimas merupakan salah satu wujud nyata dan upaya Pemerintah Indonesia  untuk mendukung pencapaian target akses 100 persen air minum dan sanitasi yang layak bagi masyarakat di wilayah perdesaan pada akhir tahun 2019 sesuai dengan amant RPJMN 2015-2019, kata Pj. Perbekel Desa Taro, I Nyoman Karang di depan rombongan World Bank

Tahun 2016, Pemdes Taro mengikuti sosialisasi program Pamsimas tingkat kabupaten , Desa taro ditetapkan sebagai desa lokasi program Pamsimas III tahun anggaran 2017 dengan total nilai RKM Rp.393.000.000.  Setelah adanya program ini menurut  Nyoman Karang, seluruh masyarakat yang terdiri 1.239 jiwa di Br. Ked Desa taro sudah bisa mengakses air minum aman (60 liter per orang per hari).

“Jika sebelum ada program Pamsimas, warga Banjar Ked dilayani air minum secara bergiliran, tapi kini masyarakat dapat mengakses air minum selama 24 jam” kata I Nyoman Karang.

Biaya operasional pun, menurut Nyoman Karang, cukup rendah, dimana masyarakat hanya perlu membayar iuran Rp.2000 per M3. Ini jauh lebih murah, dimana sebelumnya warga harus membayar Rp.4000 per M3.

Manfaat lain yang di rasakan oleh warga di Br. Ked Desa Taro kata Nyoman Karang, adalah meningkatnya produktifitas ibu-ibu terutama di bidang peternakan, dimana ada tambahan 10 SR bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan. (ed)

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018