Denpasar (Antaranews Bali) - Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha mengikuti pertemuan Forum Rektor Indonesia dengan Forum Rektor Thailand, yang membahas upaya inovatif perguruan tinggi menghadapi Revolusi Industri 4.0.

"Pembahasan yang ditekankan di sana, bahwa perguruan tinggi harus dikelola dengan inovatif. Sebab diprediksi dengan kemajuan teknologi informasi, maka perguruan tinggi ke depan tidak diperlukan lagi, karena segala sesuatu bisa dipelajari di rumah," kata Prof Arya, di Denpasar, Senin.

Prof Arya menambahkan, Revolusi Industri 4.0 tidak bisa dilepaskan dari ancaman "disruptive" atau yang bersifat mengganggu sehingga bagi kalangan kampus  sejumlah program studi bisa saja gulung tikar, karena tidak mendapatkan mahasiswa sama sekali akibat penggunaan teknologi informasi.

Di sisi lain, tambah dia, forum rektor kedua negara tetangga itu juga merupakan bagian dari agenda kerja sama yang digelar tiap tahun. Rangkaian pertemuan diawali dengan pleno. Kemudian forum dipecah menjadi tiga bagian, yakni forum antar-rektor, dekan dan mahasiswa.

"Pertemuan ini bagian dari kerja sama. Isinya berupa diskusi, saling mengunjungi dan melakukan bencmarking (perbandingan) ke perguruan tinggi yang memiliki keunggulan," ujarnya.

Pada forum antar-rektor, berkutat pada tatanan kebijakan pengelolaan perguruan tinggi. Sedangkan forum antar-dekan, membahas tentang kreativitas para dosen di era milenial karena  saat ini dosen dituntut menguasai teknologi (internet) dan mampu membangun hubungan pribadi dengan PT luar negeri.

Terakhir, forum antarmahasiswa, lebih kepada peningkatan wawasan masing-masing, selain itu, mahasiswa juga berkesempatan mengunjungi pameran hasil kreativitas perguruan tinggi di seluruh Negeri Gajah Putih.  "Ke depan, ISI Denpasar bersiap mempererat kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi yang mengelola prodi seni di sana," ujarnya.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Prof Arya mengaku 16 kampus dari Thailand telah berkunjung ke kampus ISI Denpasar. Ia pun memuji kualitas perguruan tinggi di Thailand, salah satunya Mahidol University yang memiliki prodi musik yang sangat baik. Tak menutup kemungkinan "benchmark" Prodi Musik ISI Denpasar akan mengarah ke Mahidol University.

Menurut Prof Arya, ISI Denpasar memang perlu banyak belajar dari berbagai kampus  di luar negeri, terutama ilmu musik modern dan desain. Namun untuk keilmuan yang bersifat tradisional, ISI Denpasar menjadi tujuan utama perguruan tinggi luar negeri.

Terkait ancaman "disruptive", ia yakin ISI Denpasar tetap eksis, karena prodi yang dikelola sebagian besar tidak bisa digantikan dengan teknologi. "Kampus seni yang paling tidak khawatir terhadap ancaman itu," ucapnya.

Prof Arya Sugiartha dalam pertemuan di Thailand dari 10-13 Oktober 2018 itu, juga didampingi Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dr AA Gde Bagus Udayana SSn, MSi, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum dan dua mahasiswi yakni Sri Ayu Pradnya Larasari dan Ovika Aisanti.(*)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018