Denpasar (Antaranews Bali) - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali mendorong pelaku pariwisata memanfaatkan aplikasi komunikasi "Wechat" yang juga merambah sistem pembayaran nontunai untuk menggaet wisatawan China lebih berkualitas.

"Semua mau pasar wisatawan China, yang bagus tentunya, yang pengeluarannya di atas 2.000 dolar AS per sekali datang selama lima hari empat malam," kata Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha di Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, dari sekitar 1,4 miliar total penduduk China, tercatat 1,1 miliar di antaranya memanfaatkan aplikasi tersebut sekaligus untuk bertransaksi.

Dia mengatakan pelaku usaha di negara tetangga seperti Thailand dan Singapura sudah mengaplikasikan aplikasi itu sehingga pengeluaran wisatawan dari negeri tirai bambu itu tercatat lebih besar.

Untuk Indonesia, dari sekitar 127 juta warga Tiongkok yang bepergian ke luar negeri setiap tahunnya, baru menggaet sekitar satu persennya.

Jumlah pengeluarannya, lanjut dia, saat ini rata-rata mencapai sekitar 900 dolar AS untuk sekali kunjungan.

"Pembayaran 'wechat' otomatis akan kami manfaatkan, sedang diurus jadi semua kami harap bertahap," katanya sebagai salah satu upaya mendorong wisman China dengan kualitas lebih bagus.

Pelaku usaha yang diharapkan menerapkan sistem tersebut, kata dia, di antaranya perhotelan dan restoran.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat jumlah kunjungan wisatawan dari China tahun 2017 mencapai 1,38 juta atau 24,3 persen dari total kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 5,6 juta.

Jumlah kunjungan wisatawan China tahun 2017 itu melonjak 39,8 persen jika dibandingkan tahun 2016 yang hampir mencapai 1 juta orang.

Untuk periode Januari-Juli 2018, BPS mencatat sebanyak 825 ribu orang turis China berkunjung di Bali atau sekitar 23,7 persen dari total keseluruhan wisatawan mancanegara mencapai 3,48 juta orang. (ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018