Nusa Dua (Antaranews Bali) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menekankan perlunya kompetensi sumber daya manusia untuk mengantisipasi era teknologi digital berkembang pesat yang diprediksi mampu menggantikan posisi tenaga manusia.
"Otomatisasi teknologi itu dibutuhkan karena meningkatkan produktivitas tetapi ada pekerjaan yang tidak bisa digantikan sehingga kuncinya adalah produktivitas," kata Wakil Kepala SKK Migas Sukandar setelah membuka Konferensi SDM Indonesia (IHRS) ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Menurut Sukandar, teknologi dibutuhkan manusia sebagai instrumen mewujudkan efisiensi dan efektifitas produksi.
Bukan berarti, kata dia, SDM saat ini tidak lagi dibutuhkan dengan semakin canggihnya teknologi khususnya di sektor produksi hulu minyak dan gas bumi.
Untuk itu, pihaknya menerapkan standar tinggi untuk kompetensi SDM di antaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam eksplorasi minyak, cadangan minyak, pengeboran minyak, hingga kemampuan mengatasi masalah dengan cepat ketika terjadi insiden.
Saat ini, kata dia, SKK Migas memiliki sekitar 800 orang karyawan mulai dari level staf hingga manajemen pimpinan, 225 orang di antaranya merupakan kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melakuman eksplorasi dan pengembangan.
"Saat ini ada 14 blok yang sedang dikembangkan," katanya.
Senada dengan Sukandar, Ketua IHRS Shauqi Gombang Aleyandra mengatakan SDM dituntut beradaptasi secara cepat dengan perkembangan teknologi sekaligus menggunakan perkembangan tanpa melupakan sisi humanis dalam hubungan perusahaan dengan karyawan.
"Diperlukan kerja keras seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas, kompetensi dan daya saing SDM Indonesia," ucapnya.
Ia mengutip hasil penelitian McKinsey Global Institute yang menyebutkan meski teknologi berkembang pesat, hanya lima persen dari total pekerjaan yang ada saat ini yang dapat diotomatisasikan secara penuh.
Hasil itu menunjukkan bahwa tenaga manusia masih dibutuhkan dan belum tergantikan meski kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dielakkan.
Keberhasilan suatu organisasi atau korporasi, lanjut dia, dituntut dapat mengenali lebih dini karakter generasi muda tenaga kerja masa depan sehingga potensi terbaik mereka mampu dimanfaatkan.
Hal itu, kata dia, sesuai dengan tema forum tahun ini yakni "memanusiakan teknologi dalam mengelola generasi baru".
Pemyelenggaraan forum IHRS, kata dia, sejalan dengan fokus pemerintah tahun 2019 dalam pembangunan SDM mengingat sumber daya ekonomi tidak lagi berasal dari alam melainkan manusia yang kompeten dan terampil.
IHRS dihadiri sekitar 20 pembicara dalam dan luar negeri serta lebih dari 800 peserta konvensi nasional dan internasional serta 35 perusahaan peserta pameran. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Otomatisasi teknologi itu dibutuhkan karena meningkatkan produktivitas tetapi ada pekerjaan yang tidak bisa digantikan sehingga kuncinya adalah produktivitas," kata Wakil Kepala SKK Migas Sukandar setelah membuka Konferensi SDM Indonesia (IHRS) ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Menurut Sukandar, teknologi dibutuhkan manusia sebagai instrumen mewujudkan efisiensi dan efektifitas produksi.
Bukan berarti, kata dia, SDM saat ini tidak lagi dibutuhkan dengan semakin canggihnya teknologi khususnya di sektor produksi hulu minyak dan gas bumi.
Untuk itu, pihaknya menerapkan standar tinggi untuk kompetensi SDM di antaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam eksplorasi minyak, cadangan minyak, pengeboran minyak, hingga kemampuan mengatasi masalah dengan cepat ketika terjadi insiden.
Saat ini, kata dia, SKK Migas memiliki sekitar 800 orang karyawan mulai dari level staf hingga manajemen pimpinan, 225 orang di antaranya merupakan kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melakuman eksplorasi dan pengembangan.
"Saat ini ada 14 blok yang sedang dikembangkan," katanya.
Senada dengan Sukandar, Ketua IHRS Shauqi Gombang Aleyandra mengatakan SDM dituntut beradaptasi secara cepat dengan perkembangan teknologi sekaligus menggunakan perkembangan tanpa melupakan sisi humanis dalam hubungan perusahaan dengan karyawan.
"Diperlukan kerja keras seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas, kompetensi dan daya saing SDM Indonesia," ucapnya.
Ia mengutip hasil penelitian McKinsey Global Institute yang menyebutkan meski teknologi berkembang pesat, hanya lima persen dari total pekerjaan yang ada saat ini yang dapat diotomatisasikan secara penuh.
Hasil itu menunjukkan bahwa tenaga manusia masih dibutuhkan dan belum tergantikan meski kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dielakkan.
Keberhasilan suatu organisasi atau korporasi, lanjut dia, dituntut dapat mengenali lebih dini karakter generasi muda tenaga kerja masa depan sehingga potensi terbaik mereka mampu dimanfaatkan.
Hal itu, kata dia, sesuai dengan tema forum tahun ini yakni "memanusiakan teknologi dalam mengelola generasi baru".
Pemyelenggaraan forum IHRS, kata dia, sejalan dengan fokus pemerintah tahun 2019 dalam pembangunan SDM mengingat sumber daya ekonomi tidak lagi berasal dari alam melainkan manusia yang kompeten dan terampil.
IHRS dihadiri sekitar 20 pembicara dalam dan luar negeri serta lebih dari 800 peserta konvensi nasional dan internasional serta 35 perusahaan peserta pameran. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018