Nanning, China (Antaranews) - Pemerintah China menawarkan konsep kerja sama pertukaran budaya siber kepada anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara atau ASEAN.
"Tahun depan sebagai Tahun Media Komunikasi ASEAN-China, kami ingin bergandengan tangan dengan negara-negara anggota ASEAN mempromosikan budaya siber demi kepentingan bersama," kata Deputi Direktur Jenderal Lembaga Radio dan Televisi Nasional China (NRTA) Fan Weiping di Nanning, Sabtu.
Untuk mendukung tawaran tersebut, pihaknya mengajukan tiga usulan teknis, yakni China mengajak ASEAN berpameran dan meningkatkan produksi audiovisual tentang kehidupan masyarakat guna mendukung pertukaran budaya.
Kemudian China mengajak ASEAN secara aktif membangun sistem manajemen audiovisual siber berskala internasional dan bersama-sama membangun teknologi dan industri internet berbasis maha data dan kecerdasan artivisial.
Istilah budaya siber atau budaya internet muncul atas maraknya penggunaan jaringan komputer untuk komunikasi, hiburan, dan bisnis. Budaya siber juga menyangkut hubungan antarmanusia, komputer, dan individu di dunia maya.
Dalam proposal kepada ASEAN bertajuk "Menuju Kehidupan Digital melalui Inovasi dan Integrasi Budaya", Fan menyebutkan beberapa modal yang telah dimiliki China, di antaranya jumlah pengguna internet di negaranya sekitar 800 juta orang yang terdiri dari hampir 600 juta sebagai pengguna audiovisual daring dan 280 juta orang pengguna internet kelas premium.
Pada 2017, China telah menghasilkan 718 judul drama daring, 6.566 judul film daring, 767 animasi daring, dan 412 film dokumenter daring.
Pada tahun itu pula, pasar video daring di China telah menghasilkan 95,2 miliar RMB (Rp205,15 triliun dengan asumsi 1 RMB = Rp2.155), sekitar 14,2 miliar RMB berasal dari layanan audiovisual daring.
"Dekatnya wilayah geografis dan kemitraan budaya China dan ASEAN merupakan keunggulan tersendiri dalam menjalin kerja sama dan pertukaran budaya siber," kata Fan dalam proposalnya yang juga diberikan kepada Antara di Nanning, Provinsi Guangxi, itu. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Tahun depan sebagai Tahun Media Komunikasi ASEAN-China, kami ingin bergandengan tangan dengan negara-negara anggota ASEAN mempromosikan budaya siber demi kepentingan bersama," kata Deputi Direktur Jenderal Lembaga Radio dan Televisi Nasional China (NRTA) Fan Weiping di Nanning, Sabtu.
Untuk mendukung tawaran tersebut, pihaknya mengajukan tiga usulan teknis, yakni China mengajak ASEAN berpameran dan meningkatkan produksi audiovisual tentang kehidupan masyarakat guna mendukung pertukaran budaya.
Kemudian China mengajak ASEAN secara aktif membangun sistem manajemen audiovisual siber berskala internasional dan bersama-sama membangun teknologi dan industri internet berbasis maha data dan kecerdasan artivisial.
Istilah budaya siber atau budaya internet muncul atas maraknya penggunaan jaringan komputer untuk komunikasi, hiburan, dan bisnis. Budaya siber juga menyangkut hubungan antarmanusia, komputer, dan individu di dunia maya.
Dalam proposal kepada ASEAN bertajuk "Menuju Kehidupan Digital melalui Inovasi dan Integrasi Budaya", Fan menyebutkan beberapa modal yang telah dimiliki China, di antaranya jumlah pengguna internet di negaranya sekitar 800 juta orang yang terdiri dari hampir 600 juta sebagai pengguna audiovisual daring dan 280 juta orang pengguna internet kelas premium.
Pada 2017, China telah menghasilkan 718 judul drama daring, 6.566 judul film daring, 767 animasi daring, dan 412 film dokumenter daring.
Pada tahun itu pula, pasar video daring di China telah menghasilkan 95,2 miliar RMB (Rp205,15 triliun dengan asumsi 1 RMB = Rp2.155), sekitar 14,2 miliar RMB berasal dari layanan audiovisual daring.
"Dekatnya wilayah geografis dan kemitraan budaya China dan ASEAN merupakan keunggulan tersendiri dalam menjalin kerja sama dan pertukaran budaya siber," kata Fan dalam proposalnya yang juga diberikan kepada Antara di Nanning, Provinsi Guangxi, itu. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018