Singaraja (Antaranews Bali) - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, mengatakan para petani cengkih di daerah setempat membutuhkan banyak buruh pemetik rempah tersebut karena sudah memasuki musim panen raya.
"Kami utamakan penduduk Buleleng tetapi karena keterbatasan kami juga datangkan dari Jawa Timur," kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep di Singaraja, Minggu.
Genep mengaku kewalahan memenuhi banyaknya kebutuhan buruh pemetik cengkih saat panen serentak di tujuh kecamatan di Bali Utara yang merupakan sentra perkebunan cengkih.
Pihaknya intensif menjalin koordinasi dengan beberapa desa apabila memiliki tenaga kerja yang lebih banyak untuk dialihkan ke desa lainnya yang membutuhkan buruh pemetik cengkih.
Menurut dia, pemenuhan buruh pemetik cengkih harus segera dilakukan karena untuk menjaga kualitas bunga cengkih yang dipetik tepat waktu.
"Jika lambat panen maka mempengaruhi kualitas," ucap Genep yang baru beberapa bulan menduduki kepala dinas pertanian itu.
Genep menjelaskan perkebunan cengkih menyerap banyak tenaga kerja sekitar 32-38 persen dari jumlah tenaga kerja di Kabupaten Buleleng.
Salah satu sentra perkebunan cengkih di Bali Utara terletak di tujuh dusun di Desa Selat Kecamatan Sukasada yang berada pada rentang ketinggian daerah sekitar 200-900 meter di atas permukaan laut.
Salah satu petani cengkih di desa itu Ketut Nara mengatakan memperkerjakan puluhan buruh dari beberapa desa tetangga karena buruh dari desa asalnya sudah banyak direkrut petani lain.
Buruh itu bertugas memetik bunga cengkih, memilah tangkai dan bunga, menjemur hingga cengkih siap dijual.
Salah satu buruh Sihabudin dari Desa Tegallinggah mengaku mampu memetik cengkih selama 3-4 hari untuk satu pohon berukuran besar dengan rata-rata menghasilkan sekitar 150 kilogram.
Ia mengaku mendapatkan upah Rp4.000 untuk satu kilogram hasil petik cengkih.
Buruh lainnya yakni Udin Oneng juga bekerja secara musiman sebagai pemetik cengkih dengan upah Rp4.000 untuk satu kilogram.
Rata-rata selama satu hari ia mampu memetik sekitar 25-30 kilogram cengkih.
Dalam proses memetik cengkih, beberapa petani melengkapi para buruhnya dengan alat keamanan saat memetik bunga cengkih termasuk menggunakan "salok" yakni karung memanjang yang dimodifikasi untuk mengurangi beban pemetik.
Komoditas asli Indonesia itu kemudian langsung masuk karung sehingga menjaga kebersihan rempah tersebut karena tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten terluas dan terpanjang di Bali dengan luas mencapai 1.364,73 km persegi dengan tofografi daerah pantai dan perbukitan yang memanjang dari timur-barat di sebelah utara Pulau Dewata.
Dinas Pertanian Buleleng menyebutkan luas lahan perkebunan cengkih di Buleleng mencapai sekitar 7.800 hektare yang tersebar di tujuh kecamatan di Bali Utara atau menguasai lebih dari 50 persen potensi di Pulau Dewata.
Sektor pertanian dalam arti luas termasuk perkebunan cengkih di dalamnya, kehutanan dan perikanan menyokong 22,68 persen bagi pendapatan domestik regional bruto Buleleng tahun 2016.
Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) menyebutkan cengkih sebagian besar diserap industri rokok dan sisanya kebutuhan industri lainnya.
Perwakilan AMTI Hananto Wibisono mengatakan sekitar 93 persen produksi rokok di Indonesia di antaranya merupakan rokok kretek dengan bahan 80-90 persen di antaranya menggunakan cengkih. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami utamakan penduduk Buleleng tetapi karena keterbatasan kami juga datangkan dari Jawa Timur," kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep di Singaraja, Minggu.
Genep mengaku kewalahan memenuhi banyaknya kebutuhan buruh pemetik cengkih saat panen serentak di tujuh kecamatan di Bali Utara yang merupakan sentra perkebunan cengkih.
Pihaknya intensif menjalin koordinasi dengan beberapa desa apabila memiliki tenaga kerja yang lebih banyak untuk dialihkan ke desa lainnya yang membutuhkan buruh pemetik cengkih.
Menurut dia, pemenuhan buruh pemetik cengkih harus segera dilakukan karena untuk menjaga kualitas bunga cengkih yang dipetik tepat waktu.
"Jika lambat panen maka mempengaruhi kualitas," ucap Genep yang baru beberapa bulan menduduki kepala dinas pertanian itu.
Genep menjelaskan perkebunan cengkih menyerap banyak tenaga kerja sekitar 32-38 persen dari jumlah tenaga kerja di Kabupaten Buleleng.
Salah satu sentra perkebunan cengkih di Bali Utara terletak di tujuh dusun di Desa Selat Kecamatan Sukasada yang berada pada rentang ketinggian daerah sekitar 200-900 meter di atas permukaan laut.
Salah satu petani cengkih di desa itu Ketut Nara mengatakan memperkerjakan puluhan buruh dari beberapa desa tetangga karena buruh dari desa asalnya sudah banyak direkrut petani lain.
Buruh itu bertugas memetik bunga cengkih, memilah tangkai dan bunga, menjemur hingga cengkih siap dijual.
Salah satu buruh Sihabudin dari Desa Tegallinggah mengaku mampu memetik cengkih selama 3-4 hari untuk satu pohon berukuran besar dengan rata-rata menghasilkan sekitar 150 kilogram.
Ia mengaku mendapatkan upah Rp4.000 untuk satu kilogram hasil petik cengkih.
Buruh lainnya yakni Udin Oneng juga bekerja secara musiman sebagai pemetik cengkih dengan upah Rp4.000 untuk satu kilogram.
Rata-rata selama satu hari ia mampu memetik sekitar 25-30 kilogram cengkih.
Dalam proses memetik cengkih, beberapa petani melengkapi para buruhnya dengan alat keamanan saat memetik bunga cengkih termasuk menggunakan "salok" yakni karung memanjang yang dimodifikasi untuk mengurangi beban pemetik.
Komoditas asli Indonesia itu kemudian langsung masuk karung sehingga menjaga kebersihan rempah tersebut karena tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten terluas dan terpanjang di Bali dengan luas mencapai 1.364,73 km persegi dengan tofografi daerah pantai dan perbukitan yang memanjang dari timur-barat di sebelah utara Pulau Dewata.
Dinas Pertanian Buleleng menyebutkan luas lahan perkebunan cengkih di Buleleng mencapai sekitar 7.800 hektare yang tersebar di tujuh kecamatan di Bali Utara atau menguasai lebih dari 50 persen potensi di Pulau Dewata.
Sektor pertanian dalam arti luas termasuk perkebunan cengkih di dalamnya, kehutanan dan perikanan menyokong 22,68 persen bagi pendapatan domestik regional bruto Buleleng tahun 2016.
Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) menyebutkan cengkih sebagian besar diserap industri rokok dan sisanya kebutuhan industri lainnya.
Perwakilan AMTI Hananto Wibisono mengatakan sekitar 93 persen produksi rokok di Indonesia di antaranya merupakan rokok kretek dengan bahan 80-90 persen di antaranya menggunakan cengkih. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018