Denpasar (Antaranews Bali) - Pementasan Sekaa (kelompok) Gong Kebyar Dewasa Arsa Winangun, Duta Kota Denpasar dengan Sekaa Gong Pasemetonan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Warmadewa dalam Pesta Kesenian Bali ke-40, disaksikan sedikitnya 10.000 penonton di panggung Ardha Candra, Denpasar.

Koordinator Sekaa Gong Arsa Winangun, I Ketut Suwanditha di Denpasar, Minggu, mengatakan bahwa secara intensif persiapan telah dilakukan sejak enam bulan yang lalu. Hal tersebut karena banyaknya materi yang harus dimaksimalkan dalam durasi pementasan kesenian gong kebyar itu. 

"Pementasan kesenian gong kebyar dewasa, memang luar biasa mendapatkan sambutan dari penonton. Karena kapasitas panggung yang mencapai sepuluh ribu orang sangat penuh. Bahkan pihak panitia sampai menyiapkan layar lebar di luar panggung tersebut," ucapnya.

Ia mengatakan warga masyarakat Denpasar maupun Bali, serta wisatawan yang berlibur ke Pulau Dewata sangat menanti hiburan gong kebyar tersebut. Sebab "sekaa" dalam memainkan gamelan  ritme gamelan yang ditabuh dengan penari  harus harmonis.

"Walaupun pementasan gong kebyar bersifat parade, namun sebagai seniman yang akan pentas diajang seni terbesar di Bali hendaknya harus menampilkan pementasan yang berkualitas sebagai wujud pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali," ucapnya.

Ia mengatakan pementasan di panggung Ardha Candra (berbentuk bulan sabit) tersebut melibatkan sedikitnya 100 seniman, dan hal itu menjadi perkembangan seni dan budaya di Kota Denpasar. 

Terkait dengan pementasan, Suwandhita mengatakan bahwa secara teknis maupun penguasaan materi tidak begitu berarti. Hal ini lantaran para seniman yang terlibat hampir merata merupakan praktisi di bidang seni tabuh, tari dan pedalangan.

"Kalau terkait materi secara prinsip tidak ada masalah, namun demikian perlu dilakukan pendalaman bagi para penabuh dan penari agar materi yang dibawakan memiliki rasa tersendiri bagi para penikmat sehingga tidak hanya asal gerak atau asal menabuh saja, melainkan haru ada rasa dan penjiwaan dalam seni," ucapnya.

Dalam fragmentari tersebut dikemas dalam sajian sendratari dengan gerak tari yang apik dipadukan dengan penokohan ki dalang dalam balutan harmoni mengangkat judul "Gugurnya Duryodana" yang dari cerita epos eroik perang Baratayuda di Kurusetra.

Diceritakan Sang Duryodana yang merupakan saudara tertua Sang Korawa harus merelakan 99 adiknya gugur di medan pertempuran Kurusetra. Hal inilah yang memastikan bahwa Duryodana harus perang tanding di medan laga Baratayuda melawan Bima yang bersumpah untuk memukul paha Duryodana lantaran dulu pernah memangku Dewi Drupadi. Di akhir peperangan tersebut, 100 Korawa harus mengakui kekalahan dan menyerahkan Kerajaan Astina Pura kepada Pandawa. (ed)

 Video oleh I Komang Suparta

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018