Singaraja (Antaranews Bali) - Tim dari Program Studi (Prodi) S1 Akuakultur, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Undiksha, Singaraja, Bali, menemukan plastik di dalam perut penyu mati dari Pantai Penarukan, Kecamatan Buleleng.
"Jumat (13/7) pagi, tim Undiksha menemukan plastik di dalam perut seekor penyu yang mati terdampar di Pantai Panarukan itu setelah melakukan nekropsi (pembedahan)," kata Koordinator Program Studi S1 Akuakultur, Undiksha, Gede Iwan Setiabudi, di Singaraja, Buleleng, Sabtu.
Hasil pembedahan, pihaknya menduga penyu itu mati akibat makan plastik, karena tim Undiksha menemukan kerongkongan penyu itu tersumbat plastik, sehingga makanan menumpuk di kerongkongan tak bisa masuk ke saluran pencernaan dan akhirnya penyu pun mati.
"Penyu yang terdampar di Pantai Penarukan itu ditemukan dalam kondisi sudah mati pada Jumat (13/7) pukul 08.00 Wita. Penyu mati itu ditemukan petugas dari Polres Buleleng yang saat itu melakukan sambang pesisir," katanya.
Setelah itu, petugas Polres yang terdiri atas Kanit Patroli Ipda Dewa Sadnyana dan Kanit Gakum Ipda Ketut Rajindra serta Anggota Sat Pol Airud Polres Buleleng di Pos Sangsit Brigadir Kadek Darma dan Brigadir Ketut Suwidi itu diberitahukan kepada Undiksha.
"Mereka minta kami untuk melakukan pemeriksaan agar diketahui penyebab penyu itu mati. Kami melakukan nekropsi di pantai setempat karena kondisi bangkai penyu itu sudah rapuh. Diperkiarakan penyu itu sudah mati 5-7 hari sebelumnya, lalu bangkainya terdampar di pantai," kata Iwan Setiabudi.
Pihaknya berterima kasih kepada petugas Polres Buleleng yang sudah memberitahu tim Undiksha tentang penemuan itu sehingga penyebab kematian penyu itu bisa diketahui dan bisa dijadikan pelajaran untuk penyelamatan lingkungan selanjutnya.
"Kasus penyu mati makan plastik memang banyak ditemukan di Indonesia. Karena plastik yang berwarna transparan itu mirip dengan ubur-ubur di laut yang menjadi makanan asli dari penyu itu. Plastik itu dikira ubur-ubur," kata Iwan.
Tim dari Prodi Akuakultur Undiksha mengharapkan masyarakat yang menemukan penyu atau ikan yang terdampar di perairan juga mau memberitahukan ke Undiksha agar bisa ditindaklanjuti dengan cepat, apalagi tim Undiksha juga memiliki program pengabdian masyarakat.
"Jika penyu atau ikan yang ditemukan itu masih hidup bisa segera dibawa ke pos konservasi nelayan di Pantai Penimbangan. Jika sudah mati bisa dilakukan nekropsi agar kematian hewan laut itu bisa diketahui penyebabnya," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Jumat (13/7) pagi, tim Undiksha menemukan plastik di dalam perut seekor penyu yang mati terdampar di Pantai Panarukan itu setelah melakukan nekropsi (pembedahan)," kata Koordinator Program Studi S1 Akuakultur, Undiksha, Gede Iwan Setiabudi, di Singaraja, Buleleng, Sabtu.
Hasil pembedahan, pihaknya menduga penyu itu mati akibat makan plastik, karena tim Undiksha menemukan kerongkongan penyu itu tersumbat plastik, sehingga makanan menumpuk di kerongkongan tak bisa masuk ke saluran pencernaan dan akhirnya penyu pun mati.
"Penyu yang terdampar di Pantai Penarukan itu ditemukan dalam kondisi sudah mati pada Jumat (13/7) pukul 08.00 Wita. Penyu mati itu ditemukan petugas dari Polres Buleleng yang saat itu melakukan sambang pesisir," katanya.
Setelah itu, petugas Polres yang terdiri atas Kanit Patroli Ipda Dewa Sadnyana dan Kanit Gakum Ipda Ketut Rajindra serta Anggota Sat Pol Airud Polres Buleleng di Pos Sangsit Brigadir Kadek Darma dan Brigadir Ketut Suwidi itu diberitahukan kepada Undiksha.
"Mereka minta kami untuk melakukan pemeriksaan agar diketahui penyebab penyu itu mati. Kami melakukan nekropsi di pantai setempat karena kondisi bangkai penyu itu sudah rapuh. Diperkiarakan penyu itu sudah mati 5-7 hari sebelumnya, lalu bangkainya terdampar di pantai," kata Iwan Setiabudi.
Pihaknya berterima kasih kepada petugas Polres Buleleng yang sudah memberitahu tim Undiksha tentang penemuan itu sehingga penyebab kematian penyu itu bisa diketahui dan bisa dijadikan pelajaran untuk penyelamatan lingkungan selanjutnya.
"Kasus penyu mati makan plastik memang banyak ditemukan di Indonesia. Karena plastik yang berwarna transparan itu mirip dengan ubur-ubur di laut yang menjadi makanan asli dari penyu itu. Plastik itu dikira ubur-ubur," kata Iwan.
Tim dari Prodi Akuakultur Undiksha mengharapkan masyarakat yang menemukan penyu atau ikan yang terdampar di perairan juga mau memberitahukan ke Undiksha agar bisa ditindaklanjuti dengan cepat, apalagi tim Undiksha juga memiliki program pengabdian masyarakat.
"Jika penyu atau ikan yang ditemukan itu masih hidup bisa segera dibawa ke pos konservasi nelayan di Pantai Penimbangan. Jika sudah mati bisa dilakukan nekropsi agar kematian hewan laut itu bisa diketahui penyebabnya," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018