Denpasar (Antaranews Bali) - Seniman Sekaa Gambuh Kaga Wana Giri yang merupakan duta seni Pesta Kesenian Bali (PKB) 2018 asal Desa Kedisan, Kabupaten Gianyar, Bali, menampilkan kesenian tradisional Tari Gambuh di Panggung Angsoka, Taman Budaya Bali, Denpasar.
"Kesenian tradisional Gambuh yang kami tampilkan ini merupakan warisan leluhur di Desa Kedisan," ujar Kalian (Ketua) Gambuh Kaga Wana Giri, Gusti Ngurah Widiantara, di Denpasar, Kamis.
Gusti Widiantara menjelaskan, kesenian Gambuh awalnya mulai berkembang di Desa Kedisan sejak sekitar tahun 1972 ketika ada imigran dari Karangasem yang datang ke wilayah tersebut.
"Kesenian Gambuh ini juga merupakan ibu dari semua tarian. Oleh karena itu, kami juga berharap generasi muda agar mau menarikan Gambuh sebagai wujud melestarikan warisan leluhur ini," katanya.
Dalam pementasan di PKB tersebut, seniman Sekaa Gambuh yang didominasi kaum lansia tampil dengan balutan busana berwarna hijau lumut kombinasi hitam. Mereka mengusung lakon ¿Punapi Gunung Pengebel dengan irama dengan apik dan lembut.
Lakon "Punapi Gunung Pengebel" mengisahkan tentang perjalanan Raja kerajaan Gegalang yang melakukan ritual keagamaan sebagai wujud syukurnya kepada Tuhan Hyang Maha Esa.
Pementasan tersebut, diawali dengan bagian yang mengambarkan janji Raja kerajaan Gegalang yang berjanji, apabila situasi kerajaan Gegalang damai, maka sang raja akan melaksanakan Upacara Punagi di Gunung Pengebel.
Guna mewujudkan upacara punagi tersebut, raja mengadakan rapat kerajaan, kemudian para penari menggambarkan keberangkatan sang raja bersama permaisuri, semua patih punggawa dan abdi kerajaan menuju Gunung Pengebel.
Upacara Punagi yang digelar raja tersebut akhirnya berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan. Namun, ketika rombongan kembali menuju kerajaan, Raja Gegalang dihadang oleh Raja Pamotan yang ingin membunuhnya.
Akhirnya, peperangan tak bisa dihindarkan lagi. Dan pada akhirnya, dalam pertempuran tersebut tidak ada pihak yang kalah ataupun menang.
"Sebelum tampil di PKB, kami telah melakukan latihan secara intensif sejak sebulan lalu. Kami juga sangat berteima kasih karena telah diberi ruang untuk menampilkan dan melestarikan kesenian Gambuh di PKB tahun 2018 ini," ujar Ngurah Widiantara. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kesenian tradisional Gambuh yang kami tampilkan ini merupakan warisan leluhur di Desa Kedisan," ujar Kalian (Ketua) Gambuh Kaga Wana Giri, Gusti Ngurah Widiantara, di Denpasar, Kamis.
Gusti Widiantara menjelaskan, kesenian Gambuh awalnya mulai berkembang di Desa Kedisan sejak sekitar tahun 1972 ketika ada imigran dari Karangasem yang datang ke wilayah tersebut.
"Kesenian Gambuh ini juga merupakan ibu dari semua tarian. Oleh karena itu, kami juga berharap generasi muda agar mau menarikan Gambuh sebagai wujud melestarikan warisan leluhur ini," katanya.
Dalam pementasan di PKB tersebut, seniman Sekaa Gambuh yang didominasi kaum lansia tampil dengan balutan busana berwarna hijau lumut kombinasi hitam. Mereka mengusung lakon ¿Punapi Gunung Pengebel dengan irama dengan apik dan lembut.
Lakon "Punapi Gunung Pengebel" mengisahkan tentang perjalanan Raja kerajaan Gegalang yang melakukan ritual keagamaan sebagai wujud syukurnya kepada Tuhan Hyang Maha Esa.
Pementasan tersebut, diawali dengan bagian yang mengambarkan janji Raja kerajaan Gegalang yang berjanji, apabila situasi kerajaan Gegalang damai, maka sang raja akan melaksanakan Upacara Punagi di Gunung Pengebel.
Guna mewujudkan upacara punagi tersebut, raja mengadakan rapat kerajaan, kemudian para penari menggambarkan keberangkatan sang raja bersama permaisuri, semua patih punggawa dan abdi kerajaan menuju Gunung Pengebel.
Upacara Punagi yang digelar raja tersebut akhirnya berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan. Namun, ketika rombongan kembali menuju kerajaan, Raja Gegalang dihadang oleh Raja Pamotan yang ingin membunuhnya.
Akhirnya, peperangan tak bisa dihindarkan lagi. Dan pada akhirnya, dalam pertempuran tersebut tidak ada pihak yang kalah ataupun menang.
"Sebelum tampil di PKB, kami telah melakukan latihan secara intensif sejak sebulan lalu. Kami juga sangat berteima kasih karena telah diberi ruang untuk menampilkan dan melestarikan kesenian Gambuh di PKB tahun 2018 ini," ujar Ngurah Widiantara. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018