Denpasar (Antaranews Bali) - Bali mengekspor berbagai jenis perhiasan (permata) senilai 5,85 juta dolar AS selama April 2018, meningkat 1,45 juta dolar AS atau 32,94 persen dibandingkan 4,40 juta dolar AS pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
"Namun, perolehan devisa tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya merosot 3,52 juta dolar AS atau 37,60 persen, karena pengapalan aneka jenis perhiasan pada bulan Maret 2018 itu menghasilkan sebesar 9,36 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, matadagangan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali, khususnya di sentra pengembangan kerajinan perak dan emas di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar itu mampu memberikan kontribusi 11,91 persen dari total ekspor Bali sebesar 49,13 juta dolar AS selama bulan April 2018.
Totol perolehan devisa Bali tersebut dibanding dengan bulan sebelumnya menurun 9,91 juta dolar AS atau 16,79 persen, karena pada Maret pengiriman seluruh jenis komoditas itu menghasilkan 59,04 juta dolar AS. Namun dibanding dengan bulan yang sama tahun sebelumnya justru meningkat 9,02 juta dolar AS atau 22,50 persen, karena April 2017 hanya menghasilkan 40,10 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, aneka jenis perhiasan (permata) antara lain berupa cincin, kalung, aneka jenis cendera mata menyerupai bunga-bungaan dari bahan baku emas untuk perhiasan kepala bagi wanita serta sumpel perhiasan telinga bagi wanita itu paling banyak diserap pasaran Singapura 35,31 persen dan Amerika Serikat 26,91 persen.
Kedua negara yang menampung persentase terbanyak hasil kerajinan skala rumah tangga dari Bali itu tidak tertutup kemungkinan dipasarkan kembali kepada masyarakat internasional yang berwisata atau singgah ke negara tersebut.
Sejumlah negara lainnya yang menyerap hasil perhiasan dari bahan baku emas dan perak itu juga Hong Kong 11,03 persen, Jerman 4,74 persen, Belanda 2,45 persen, Jepang 0,55 persen, China 1,49 persen, Australia 0,99 persen, Prancis 0,96 persen, Spanyol 0,54 persen dan sisanya 2,45 persen ke berbagai negara lain, ujar Adi Nugroho.
Di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar sedikitnya terdapat 497 perajin perak dan emas yang setiap hari melakukan aktivitas, untuk memenuhi pesanan mitra kerjanya maupun untuk persediaan matadangan yang bernilai ekonomis tersebut.
Kementerian Perindustrian memberikan proyek hibah kepada Pemkab Gianyar senilai Rp5,2 miliar tahun 2018, berupa pembangunan sentra kerajinan sebagai upaya mengembalikan citra Desa Celuk sebagai sentra kerajinan perak.
Sentra IKM tersebut juga nantinya akan digunakan sebagai pusat pelestarian dan peningkatan keterampilan perajin perak di Desa Celuk dan sekitarnya yang dikelola oleh Pemkab Gianyar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Namun, perolehan devisa tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya merosot 3,52 juta dolar AS atau 37,60 persen, karena pengapalan aneka jenis perhiasan pada bulan Maret 2018 itu menghasilkan sebesar 9,36 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, matadagangan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali, khususnya di sentra pengembangan kerajinan perak dan emas di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar itu mampu memberikan kontribusi 11,91 persen dari total ekspor Bali sebesar 49,13 juta dolar AS selama bulan April 2018.
Totol perolehan devisa Bali tersebut dibanding dengan bulan sebelumnya menurun 9,91 juta dolar AS atau 16,79 persen, karena pada Maret pengiriman seluruh jenis komoditas itu menghasilkan 59,04 juta dolar AS. Namun dibanding dengan bulan yang sama tahun sebelumnya justru meningkat 9,02 juta dolar AS atau 22,50 persen, karena April 2017 hanya menghasilkan 40,10 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, aneka jenis perhiasan (permata) antara lain berupa cincin, kalung, aneka jenis cendera mata menyerupai bunga-bungaan dari bahan baku emas untuk perhiasan kepala bagi wanita serta sumpel perhiasan telinga bagi wanita itu paling banyak diserap pasaran Singapura 35,31 persen dan Amerika Serikat 26,91 persen.
Kedua negara yang menampung persentase terbanyak hasil kerajinan skala rumah tangga dari Bali itu tidak tertutup kemungkinan dipasarkan kembali kepada masyarakat internasional yang berwisata atau singgah ke negara tersebut.
Sejumlah negara lainnya yang menyerap hasil perhiasan dari bahan baku emas dan perak itu juga Hong Kong 11,03 persen, Jerman 4,74 persen, Belanda 2,45 persen, Jepang 0,55 persen, China 1,49 persen, Australia 0,99 persen, Prancis 0,96 persen, Spanyol 0,54 persen dan sisanya 2,45 persen ke berbagai negara lain, ujar Adi Nugroho.
Di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar sedikitnya terdapat 497 perajin perak dan emas yang setiap hari melakukan aktivitas, untuk memenuhi pesanan mitra kerjanya maupun untuk persediaan matadangan yang bernilai ekonomis tersebut.
Kementerian Perindustrian memberikan proyek hibah kepada Pemkab Gianyar senilai Rp5,2 miliar tahun 2018, berupa pembangunan sentra kerajinan sebagai upaya mengembalikan citra Desa Celuk sebagai sentra kerajinan perak.
Sentra IKM tersebut juga nantinya akan digunakan sebagai pusat pelestarian dan peningkatan keterampilan perajin perak di Desa Celuk dan sekitarnya yang dikelola oleh Pemkab Gianyar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018