Kuta (Antaranews Bali) - Kedua Calon Gubernur Bali yang bertarung pada Pilkada 2018 beradu strategi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia para pengurus di desa pakraman (desa adat) dalam debat terbuka sesi ketiga, Jumat malam.

"Untuk memperkuat kedudukan, tugas dan fungsi desa adat dalam menghadapi tantangan globalisasi. Desa adat harus diberdayakan secara optimal," kata Cagub Bali nomor urut 1 Wayan Koster saat menjawab pertanyaan moderator debat tersebut, di Kuta, Kabupaten Badung.

Oleh karena itu, lanjut dia, diperlukan penguatan prajuru (pengurus) desa adat dengan peningkatan kualitas, serta pendampingan agar prajuru desa adat betul-betul bisa melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan secara baik.

"Untuk meningkatkan kapasitas, diperlukan pemberian pendidikan dan pelatihan kepada prajuru dan pendampingan tugas, yang dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi di Bali," ucap Cagub Bali yang berpasangan dengan Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati itu.

Di samping itu, ujar Koster, sejalan dengan upaya peningkatan kualitas juga harus dibarengi dengan pemberian hak yang seimbang dengan kewajiban yang telah dijalankan para prajuru adat. "Untuk itu, harus diberikan peningkatan kesejahteraan," kata Koster.

Sementara itu, Cagub Bali nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan untuk meningkatkan SDM pengurus adat, di antaranya dapat dilakukan dengan memperkuat peran Majelis Utama Desa Pakraman, Majelis Madya Desa Pakraman serta Majelis Alit Desa Pakraman.

"Majelis-majelis itu harus diperkuat untuk memberikan solusi dan penguatan kapasitas kepada prajuru. Di samping secara eksternal harus difasilitasi dalam bentuk peraturan daerah," ujar Rai Mantra yang berpasangan dengan Ketut Sudikerta itu

Menurut dia, terkait dengan janji kampanyenya untuk memberikan bantuan Rp500 juta setiap desa pakraman, juga ditujukan untuk menyokong program dan aktivitas di desa adat, selain untuk mendukung penerapan UU Pemajuan Kebudayaan.

Dalam debat Pilkada Bali yang terakhir ini mengangkat tema "Menyerasikan Pembangunan Daerah dalam Bingkai NKRI", yang terbagi menjadi empat subtema yakni politik, hukum, adat, seni dan budaya.

Acara debat disiarkan langsung oleh TVRI Stasiun Bali dan di-"relay live" oleh Bali TV, serta dimoderatori oleh Imam Priyono. Pada debat kali ini berlangsung cukup dinamis karena kedua pasangan calon nampak lebih berani dalam mengkritisi kebijakan pesaingnya dibandingkan debat pertama dan kedua.

Di antaranya yang cukup "panas" mengenai latar belakang pemberian rekomendasi reklamasi Teluk Benoa maupun wacana pembangunan Art Center (Taman Budaya) di setiap kabupaten/kota.

Adapun tim perumus untuk pertanyaan subtema Politik yakni Dr Anak Agung Gede Oka Wisnumurti (Universitas Warmadewa), perumus subtema Hukum adalah Prof Dr Ida Bagus Wyasa Putra (Universitas Udayana), subtema Adat yakni Drs I Putu Sarjana MSi (Unhi Denpasar), serta subtema Seni dan Budaya adalah Dr I Wayan Adnyana (ISI Denpasar).

Pilkada Bali 2018 diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace). Pasangan itu diusulkan oleh empat parpol peraih kursi di DPRD Bali, yakni PDIP, Hanura, PAN, dan serta PKPI. Pasangan tersebut juga didukung PKB dan PPP.

Pesaingnya adalah pasangan nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) diusung oleh empat partai peraih kursi di DPRD Bali, yakni Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem. Mereka juga didukung oleh PKS, PBB, dan Perindo. (ed)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018