Jakarta (Antaranews Bali) - Radikalisme di sekolah dapat dicegah mulai dari perekrutan guru secara selektif agar tidak berdampak negatif bagi siswa, kata Direktur Sekolah Global Sevilla, Robertus Budi Setiono.

"Perekrutan guru harus benar-benar selektif. Jangan sampai sekolah merekrut guru yang menganut paham radikal, karena paham tersebut dengan mudah bisa ditularkan ke siswa," ujarnya di Jakarta, Minggu.

Dia mengemukakan pencegahan paham radikal pada anak, tidak hanya di sekolah, namun juga di rumah sehingga orang tua (ortu) juga harus benar-benar memperhatikan lingkungan anak, karena sangat berpengaruh pada pemikiran anak.

Robert menjelaskan meski di sekolah sudah ditanamkan nilai-nilai Pancasila, namun di rumah orang tua bisa saja memiliki pandangan yang berbeda.

"Hal ini yang membuat anak bimbang dan kemudian mencari jawabannya. Tentunya ini sangat berbahaya, jika mendapat jawaban yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," katanya.

Dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila, menurut dia, harus diajarkan melalui dua arah yang mana lebih banyak praktik dibandingkan teori.

Robert mencontohkan, salah satu penerapan Pancasila yang diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini adalah perayaan hari-hari besar keagamaan, kemudian acara buka puasa bersama (bukber), Lebaran bagi umat Islam, dan Natal bagi umat Kristiani.

"Anak-anak dari berbagai suku, agama, dan ras berbaur jadi satu. Saat bukber atau Lebaran, anak-anak serta ortu nonMuslim ikut menyiapkan kebutuhan acara. Sebaliknya saat Natal, yang Muslim ikutan sibuk," katanya.

Melalui kegiatan tersebut, maka secara tidak langsung anak-anak diajarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, demikian Robertus Budi Setiono. (WDY)

Pewarta: Indriani

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018