Jakarta (Antaranews Bali) - Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hamid Muhammad mengatakan guru dan siswa harus bersama-sama belajar metode "High Order Thinking Skills" atau HOTS.
"Kami mengimbau siswa maupun guru sama-sama belajar metode HOTS ini," ujar Hamid di Jakarta, Senin.
Metode HOTS merupakan metode keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dituangkan dalam soal-soal yang diujikan. Pada tahun ini, Kemdikbud memasukkan sekitar 10 persen soal yang membutuhkan daya nalar tingkat tinggi pada soal UN.
Hamid mengatakan sebelumnya para guru telah dilatih untuk penerapan soal HOTS tersebut.
"Guru-gurunya sudah dilatih sejak dua tahun yang lalu. Kalau tidak diperkenalkan sejak sekarang, sampai kapanpun nilai Programme for International Student Assessment (PISA) kita tidak akan meningkat," kata dia lagi.
Meski demikian, Hamid mengakui bahwa guru yang dilatih belum merata. Hal itu dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Tapi kami kan tidak mungkin memperkenalkan itu sampai seluruh guru ditatar. Jadi harus paralel," katanya.
Pelatihahan yang diberikan dimulai untuk tingkat instruktur, kemudian nasional, provinsi dan kemudian guru di tingkat kabupaten.
Hamid menargetkan ke depan soal kategori HOTS tersebut bisa ditingkatkan jumlahnya mencapai 20 persen. "Kami lakukan secara bertahap, maksimal 20 persen."
Sebanyak 4.296.557 siswa SMP dan MTs mengikuti UN yang diselenggarakan pada 23 April hingga 26 April 2018. Dari jumlah tersebut, peserta yang mengikuti UNBK sebanyak 63 persen atau 2.694.692 siswa dan UNKP diikuti 1.601.865 siswa atau 37 persen.
UN untuk tingkat SMP mengujikan empat mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pada tahun ini, hanya dua provinsi yang menyelenggarakan UNBK 100 persen yakni DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Untuk UN susulan sendiri akan dilangsungkan pada 8 dan 9 Mei 2018, serta pengumuman pada 23 Mei. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami mengimbau siswa maupun guru sama-sama belajar metode HOTS ini," ujar Hamid di Jakarta, Senin.
Metode HOTS merupakan metode keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dituangkan dalam soal-soal yang diujikan. Pada tahun ini, Kemdikbud memasukkan sekitar 10 persen soal yang membutuhkan daya nalar tingkat tinggi pada soal UN.
Hamid mengatakan sebelumnya para guru telah dilatih untuk penerapan soal HOTS tersebut.
"Guru-gurunya sudah dilatih sejak dua tahun yang lalu. Kalau tidak diperkenalkan sejak sekarang, sampai kapanpun nilai Programme for International Student Assessment (PISA) kita tidak akan meningkat," kata dia lagi.
Meski demikian, Hamid mengakui bahwa guru yang dilatih belum merata. Hal itu dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Tapi kami kan tidak mungkin memperkenalkan itu sampai seluruh guru ditatar. Jadi harus paralel," katanya.
Pelatihahan yang diberikan dimulai untuk tingkat instruktur, kemudian nasional, provinsi dan kemudian guru di tingkat kabupaten.
Hamid menargetkan ke depan soal kategori HOTS tersebut bisa ditingkatkan jumlahnya mencapai 20 persen. "Kami lakukan secara bertahap, maksimal 20 persen."
Sebanyak 4.296.557 siswa SMP dan MTs mengikuti UN yang diselenggarakan pada 23 April hingga 26 April 2018. Dari jumlah tersebut, peserta yang mengikuti UNBK sebanyak 63 persen atau 2.694.692 siswa dan UNKP diikuti 1.601.865 siswa atau 37 persen.
UN untuk tingkat SMP mengujikan empat mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pada tahun ini, hanya dua provinsi yang menyelenggarakan UNBK 100 persen yakni DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Untuk UN susulan sendiri akan dilangsungkan pada 8 dan 9 Mei 2018, serta pengumuman pada 23 Mei. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018