Jakarta (Antaranews Bali) - Jelang peringatan Hari Kartini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengajak perempuan Indonesia untuk lebih aktif berkiprah menggeluti bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
"Khusus di bidang sains, LIPI berupaya mendorong wanita Indonesia untuk membangun sains dan mengajak mereka agar tidak takut menggeluti bidang yang kurang feminin," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI Dr. Tri Nuke Pudjiastuti dalam diskusi publik Wanita Tangguh Dalam Iptek Bangsa di Jakarta, Jumat.
Berkaca dari perjuangan Raden Adjeng (RA) Kartini yang berhasil menginspirasi perempuan Indonesia untuk mengambil peran penting dalam berbagai bidang, tidak terkecuali di bidang sains dan teknologi.
Dalam bidang sains dan teknologi ini, ia mengatakan para perempuan tangguh ternyata bermunculan dengan perannya sebagai seorang ilmuwan mumpuni dalam roda perkembangan sains.
Momentum Hari Kartini, menurut dia, kini bisa berkiprah untuk publik tidak terbatas untuk dirinya sendiri, dan ini menjadi luar biasa. Kaum hawa sebagai agen perubahan mulai dari lingkup keluarga hingga kehidupan bangsa bahkan dunia.
Betul pada ranah tertentu masih butuh dorongan politik tertentu agar perempuan dapat berkiprah lebih luas. Berbeda dalam bidang Iptek, khususnya di LIPI, yang memberikan kenyamanan tersendiri bagi perempuan untuk berkarya, lanjutnya.
Berbicara jumlah dan peran peneliti perempuan di LIPI, Nuke mengatakan bahwa saat ini sudah cukup banyak dan perannya sudah signifikan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) LIPI, jumlah peneliti perempuan sebanyak 723 orang yang tersebar di 50 satuan kerja seluruh Indonesia.
Dari ratusan peneliti perempuan ini, LIPI memiliki sederet kisah inspiratif dari peran mereka, yang diharapkan bisa memotivasi perempuan Indonesia lainnya, lanjutnya.
Beberapa peneliti wanita LIPI yang menggeluti bidang yang mungkin dianggap tidak biasa bagi kaum hawa yang berbicara dalam diskusi adalah peneliti Herpetologist Pusat Penelitian Biologi LIPI Hellen Kurniati, peneliti Laser Pusat Penelitian Fisika LIPI Maria Margaretha Suliyanti dan peneliti Mineral Processing Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Mutia Dewi Yuniati. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Khusus di bidang sains, LIPI berupaya mendorong wanita Indonesia untuk membangun sains dan mengajak mereka agar tidak takut menggeluti bidang yang kurang feminin," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI Dr. Tri Nuke Pudjiastuti dalam diskusi publik Wanita Tangguh Dalam Iptek Bangsa di Jakarta, Jumat.
Berkaca dari perjuangan Raden Adjeng (RA) Kartini yang berhasil menginspirasi perempuan Indonesia untuk mengambil peran penting dalam berbagai bidang, tidak terkecuali di bidang sains dan teknologi.
Dalam bidang sains dan teknologi ini, ia mengatakan para perempuan tangguh ternyata bermunculan dengan perannya sebagai seorang ilmuwan mumpuni dalam roda perkembangan sains.
Momentum Hari Kartini, menurut dia, kini bisa berkiprah untuk publik tidak terbatas untuk dirinya sendiri, dan ini menjadi luar biasa. Kaum hawa sebagai agen perubahan mulai dari lingkup keluarga hingga kehidupan bangsa bahkan dunia.
Betul pada ranah tertentu masih butuh dorongan politik tertentu agar perempuan dapat berkiprah lebih luas. Berbeda dalam bidang Iptek, khususnya di LIPI, yang memberikan kenyamanan tersendiri bagi perempuan untuk berkarya, lanjutnya.
Berbicara jumlah dan peran peneliti perempuan di LIPI, Nuke mengatakan bahwa saat ini sudah cukup banyak dan perannya sudah signifikan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) LIPI, jumlah peneliti perempuan sebanyak 723 orang yang tersebar di 50 satuan kerja seluruh Indonesia.
Dari ratusan peneliti perempuan ini, LIPI memiliki sederet kisah inspiratif dari peran mereka, yang diharapkan bisa memotivasi perempuan Indonesia lainnya, lanjutnya.
Beberapa peneliti wanita LIPI yang menggeluti bidang yang mungkin dianggap tidak biasa bagi kaum hawa yang berbicara dalam diskusi adalah peneliti Herpetologist Pusat Penelitian Biologi LIPI Hellen Kurniati, peneliti Laser Pusat Penelitian Fisika LIPI Maria Margaretha Suliyanti dan peneliti Mineral Processing Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Mutia Dewi Yuniati. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018