Denpasar (Antaranews Bali) - Lembaga Swadaya Masyarakat Greenpeace Indonesia mengkritisi rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang 2x330 megawatt di Kabupaten Buleleng, Bali, karena dapat merusak keindahan dan keseimbangan alam.
"Kami mengkritik perencanaan energi yang tidak tepat oleh Pemerintahan Provinsi Bali, karena dapat merusak keindahan dan keseimbangan alam Pulau Dewata," kata Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, dalam acara di Benoa, Bali, Jumat.
Bersama masyarakat, Greenpeace telah melayangkan gugatan agar rencana proyek ini segera dibatalkan, karena PLTU Batubara telah menjadi masa lalu kelam yang ditinggalkan di banyak negara di dunia.
Pihaknya mendorong agar pemerintah menggunakan energi terbarukan seperti tenaga surya telah menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru dengan penyerapan tenaga kerja lokal yang besar.
"Kami tidak memungkiri pembangunan masif di Bali menyisakan banyak persoalan lingkungan hidup yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Ada tiga permasalahan lingkungan utama yang perlu menjadi perhatian utama perjalanan Rainbow Warrior kali ini yaitu energi, penggunaan plastik yang berujung pada sampah di laut serta reklamasi di kawasan pesisir," katanya.
Dengan adanya dampak pembangunan dan industri pariwisata yang tidak memperhatikan keberlanjutan dan harmoni alam, maka membawa dampak luas terhadap alam lingkungan Pulau Bali.
Ia mengatakan, keberadaan sumber energi yang berasal dari batubara, akan memperburuk kualitas udara di Bali dan mengancam kesehatan masyarakat, juga industri pariwisata di Bali.
Padahal dengan potensi yang ada, Bali bisa menjadi teladan pengembangan energi bersih terbarukan, dan ini masa depan yang kita butuhkan, lingkungan yang aman dan bebas dari polusi.
Hal senada diungkapkan, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika mendukung pemerintah saatnya beralih menggunakan energi terbarukan, karena sangat ramah lingkungan. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami mengkritik perencanaan energi yang tidak tepat oleh Pemerintahan Provinsi Bali, karena dapat merusak keindahan dan keseimbangan alam Pulau Dewata," kata Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, dalam acara di Benoa, Bali, Jumat.
Bersama masyarakat, Greenpeace telah melayangkan gugatan agar rencana proyek ini segera dibatalkan, karena PLTU Batubara telah menjadi masa lalu kelam yang ditinggalkan di banyak negara di dunia.
Pihaknya mendorong agar pemerintah menggunakan energi terbarukan seperti tenaga surya telah menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru dengan penyerapan tenaga kerja lokal yang besar.
"Kami tidak memungkiri pembangunan masif di Bali menyisakan banyak persoalan lingkungan hidup yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Ada tiga permasalahan lingkungan utama yang perlu menjadi perhatian utama perjalanan Rainbow Warrior kali ini yaitu energi, penggunaan plastik yang berujung pada sampah di laut serta reklamasi di kawasan pesisir," katanya.
Dengan adanya dampak pembangunan dan industri pariwisata yang tidak memperhatikan keberlanjutan dan harmoni alam, maka membawa dampak luas terhadap alam lingkungan Pulau Bali.
Ia mengatakan, keberadaan sumber energi yang berasal dari batubara, akan memperburuk kualitas udara di Bali dan mengancam kesehatan masyarakat, juga industri pariwisata di Bali.
Padahal dengan potensi yang ada, Bali bisa menjadi teladan pengembangan energi bersih terbarukan, dan ini masa depan yang kita butuhkan, lingkungan yang aman dan bebas dari polusi.
Hal senada diungkapkan, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika mendukung pemerintah saatnya beralih menggunakan energi terbarukan, karena sangat ramah lingkungan. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018