Denpasar (Antaranews Bali) - Bank Indonesia mendorong optimalisasi kualitas produk ekspor dari Bali, khususnya olahan kayu, pakaian jadi, dan perhiasan, karena persaingan yang semakin kompetitif berpotensi menahan kinerja perdagangan luar negeri tersebut.

"Meski (pertumbuhan ekonomi) berpotensi meningkat namun masih terdapat risiko dan tantangan yang berpotensi menahan kinerja ekonomi Bali," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Senin.

Menurut Causa, selain kualitas, pihaknya mengingat adanya persaingan harga yang semakin ketat untuk produk ekspor luar negeri dari Bali tersebut seperti produk olahan kayu di antaranya mebel dan kerajinan tangan serta perhiasan dan pakaian jadi.

Melambatnya kinerja ekspor barang luar negeri pada triwulan keempat tahun 2017 diharapkan menjadi acuan untuk memperbaiki kinerja untuk triwulan mendatang tahun 2018.

Dia menjelaskan akhir tahun lalu, melambatnya kinerja ekspor barang luar negeri terjadi baik sisi nilai ekspor dan volume.

Nilai ekspor luar negeri barang di Bali pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 133,74 juta dolar AS atau tumbuh melambat 6,18 persen dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 17,10 persen.

Sedangkan volume ekspor luar negeri barang pada triwulan tersebut sebesar 22,04 ribu ton atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan survei, kata dia, melambatnya kinerja ekspor barang ke mancanegara disebabkan karena meningkatnya persaingan pasar komoditas ekspor dan masih lemahnya permintaan ekspor khususnya dark Eropa serta bahan baku menurun.

Bila dikaji lebih lanjut, ucap Causa, komoditas yang menjadi andalan ekspor dari Bali yakni perikanan sebesar 32,58 persen terhadap total nilai ekspor.

Komoditas berikutnya yakni perhiasan (16,9 persen), pakaian jadi (15 persen) dan olahan kayu (7,84 persen).

"Kecuali perikanan, melambatnya nilai ekspor seluruh komoditas utama menjadi penyebab perlambatan kinerja nilai ekspor luar negeri," ucap Causa.

Bahkan, lanjut dia, nilai ekspor produk olahan kayu mengalami penurunan paling banyak karena lemahnya permintaan dari pasar Eropa dan tingkat persaingan yang tinggi. (WDY)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018