Singaraja (Antaranews Bali) - Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali, sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) siap menghadapi Revolusi Industri 4.0 dengan sistem pembelajaran dan sistem manajemen atau sistem layanan yang berbasis digital.
"Sebagai perguruan tinggi wajib hukumnya menjawab tantangan di Era Revolusi Industri 4.0 melalui kegiatan yang nyata, sekaligus menjawab imbauan dan penegasan Menristek pada Rakernas Perguruan Tinggi di Medan yang lalu," kata Wakil Rektor II Undiksha, Prof. Dr. Wayan Lasmawan, M.Pd, di Singaraja, Jumat.
Kedepan, Undiksha harus mengembangkan sikap reponsif dan inovatif. "Dengan sistem pembelajaran yang berbasiskan digital atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maka kami berharap akan lahir SDM yang handal dan siap bersaing pada era Revolusi 4.0 itu," katanya.
Menurut dia, Undiksha sebagai ujung tombak integritas dari sebuah bangsa, tentu harus mampu tampil sebagai pembaharu, karena pembaharuan telah terjadi secara global dimana-mana. "Bila kita tidak mampu beradaptasi atau mengikuti perubahan ini, maka secara otomatis kita semakin redup secara perlahan-lahan," katanya.
Prof Lasmawan menegaskan bahwa Undiksha sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terdepan di kawasan Indonesia tengah, telah mengusung visi sebagai universitas unggul berlandaskan falsafah Tri Hita Karana di Asia pada tahun 2045.
"Karena itu, kepemilikan dan manajemen SDM merupakan salah satu kunci bagi eksistensi dan kiprah Undiksha dalam konstelasi masyarakat global," katanya.
Untuk manajemen SDM itu, pihaknya terus mendorong pegawai dan dosen untuk meningkatkan jenjang strata dengan studi lanjut sebagai langkah peningkatan SDM. Bahkan, mereka sebagai dosen minimal S-2 tidak saja didorong melanjutkan pendidikan di dalam negeri, namun tidak sedikit menempuh S-3 di luar negeri dengan pembiayaan universitas.
"Saat ini, setidaknya ada 36 orang dosen Undiksha sedang menempuh pendidikian S-3 dalam rangka memenuhi disiplin keilmuan," kata Prof Lasmawan.
Selain manajemen SDM, ketinggalan di dunia ini hanya bisa dikejar dengan mengedepankan pembenahan dan menginovasi model-model tentang sistem pembelajaran.
"Selain dengan sistem pembelajaran yang berbasiskan digital, kami juga menjawab tantangan dengan mengusulkan beberapa prodi yang prospektifnya sangat tinggi, terutama prodi yang nonkependidikan sebagai upaya membangun rekontruksi kelembagaan," katanya.
Faktor lain yang juga penting adalah pengembangan berbagai sistem layanan, baik sistem layanan akademik, maupun sistem-sistem layanan yang menyangkut masyarakat diluar kampus yang semuanya berbasis digital.
"Itu berarti, Undiksha saat ini sedang mengembangkan sistem layanan terpadu, sehingga semua layanan dengan satu pintu, sebagai salah satu bentuk reponsif Undiksha dalam rangka menjawab Revolusi Industri 4.0," katanya.
Pihaknya juga mendorong lahirnya peneliti-peneliti handal dengan mengalokasikan dana penelitian pada kisaran 12 persen dari total PNBP yang dikelola.
"Harapannya, Undiksha akan mampu memberi kontribusi dalam pemikiran-pemikiran dan produk inovatif melalui penelitian. Itulah salah satu dari tiga kualitas yang ditekankan Rektor Dr. Nyoman Jampel yakni kualitas akademik, kualitas penelitian, dan kualitas pengabdian pada masyarakat dalam upaya penguatan karakter kebangsaan," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Sebagai perguruan tinggi wajib hukumnya menjawab tantangan di Era Revolusi Industri 4.0 melalui kegiatan yang nyata, sekaligus menjawab imbauan dan penegasan Menristek pada Rakernas Perguruan Tinggi di Medan yang lalu," kata Wakil Rektor II Undiksha, Prof. Dr. Wayan Lasmawan, M.Pd, di Singaraja, Jumat.
Kedepan, Undiksha harus mengembangkan sikap reponsif dan inovatif. "Dengan sistem pembelajaran yang berbasiskan digital atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maka kami berharap akan lahir SDM yang handal dan siap bersaing pada era Revolusi 4.0 itu," katanya.
Menurut dia, Undiksha sebagai ujung tombak integritas dari sebuah bangsa, tentu harus mampu tampil sebagai pembaharu, karena pembaharuan telah terjadi secara global dimana-mana. "Bila kita tidak mampu beradaptasi atau mengikuti perubahan ini, maka secara otomatis kita semakin redup secara perlahan-lahan," katanya.
Prof Lasmawan menegaskan bahwa Undiksha sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terdepan di kawasan Indonesia tengah, telah mengusung visi sebagai universitas unggul berlandaskan falsafah Tri Hita Karana di Asia pada tahun 2045.
"Karena itu, kepemilikan dan manajemen SDM merupakan salah satu kunci bagi eksistensi dan kiprah Undiksha dalam konstelasi masyarakat global," katanya.
Untuk manajemen SDM itu, pihaknya terus mendorong pegawai dan dosen untuk meningkatkan jenjang strata dengan studi lanjut sebagai langkah peningkatan SDM. Bahkan, mereka sebagai dosen minimal S-2 tidak saja didorong melanjutkan pendidikan di dalam negeri, namun tidak sedikit menempuh S-3 di luar negeri dengan pembiayaan universitas.
"Saat ini, setidaknya ada 36 orang dosen Undiksha sedang menempuh pendidikian S-3 dalam rangka memenuhi disiplin keilmuan," kata Prof Lasmawan.
Selain manajemen SDM, ketinggalan di dunia ini hanya bisa dikejar dengan mengedepankan pembenahan dan menginovasi model-model tentang sistem pembelajaran.
"Selain dengan sistem pembelajaran yang berbasiskan digital, kami juga menjawab tantangan dengan mengusulkan beberapa prodi yang prospektifnya sangat tinggi, terutama prodi yang nonkependidikan sebagai upaya membangun rekontruksi kelembagaan," katanya.
Faktor lain yang juga penting adalah pengembangan berbagai sistem layanan, baik sistem layanan akademik, maupun sistem-sistem layanan yang menyangkut masyarakat diluar kampus yang semuanya berbasis digital.
"Itu berarti, Undiksha saat ini sedang mengembangkan sistem layanan terpadu, sehingga semua layanan dengan satu pintu, sebagai salah satu bentuk reponsif Undiksha dalam rangka menjawab Revolusi Industri 4.0," katanya.
Pihaknya juga mendorong lahirnya peneliti-peneliti handal dengan mengalokasikan dana penelitian pada kisaran 12 persen dari total PNBP yang dikelola.
"Harapannya, Undiksha akan mampu memberi kontribusi dalam pemikiran-pemikiran dan produk inovatif melalui penelitian. Itulah salah satu dari tiga kualitas yang ditekankan Rektor Dr. Nyoman Jampel yakni kualitas akademik, kualitas penelitian, dan kualitas pengabdian pada masyarakat dalam upaya penguatan karakter kebangsaan," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018