Nusa Dua (Antaranews Bali) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengusung pengembangan "nomadic tourism" atau pariwisata dengan akomodasi yang bisa berpindah-pindah dilengkapi fasilitas yang memadai untuk mendongkrak kunjungan wisatawan di Indonesia.
"Konsep ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dengan pelayanan yang relatif mudah," kata Arief Yahya ketika menghadiri rapat kerja nasional (rakornas) Pariwisata I di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis.
Menurut Arief, konsep pariwisata itu rencananya untuk sementara akan difokuskan di 10 destinasi "Bali Baru" dengan memanfaatkan empat destinasi sebagai percontohan di antaranya Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika dan Borobudur.
Dia menjelaskan pariwisata nomaden itu merupakan salah satu solusi mengatasi keterbatasan unsur atraksi, amenitas atau fasilitas dan aksesibilitas.
Pariwisata nomaden itu, lanjut dia, cocok mendukung sarana amenitas yang bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan bentuk bermacam-macam seperti kemah dengan fasilitas memadai atau menggunakan mobil karavan.
Sedangkan aksesnya, bisa menggunakan pesawat amfibi untuk membawa wisatawan dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia.
Arief optimistis konsep tersebut menarik pelaku pariwisata mengembangkan bisnis itu.
Saat ini perkembangan pariwisata mengikuti tren pelancong dengan beragam klasifikasi, salah satunya turis tas ransel atau "backpacker" di dunia yang diperkirakan mencapai 39,7 juta orang.
Mereka terbagi dalam tiga kelompok di antaranya turis nomaden digital yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja, "glampacker" atau turis milenial yang berpindah dengan potensi sekitar 27 juta orang.
Selain itu ada juga kelompok turis yang berpindah-pindah dengan fasilitas mewah dengan potensi sekitar 7,7 juta orang.
"Nomadic tourism" merupakan salah satu topik mengemuka dalam Rakornas pertama pariwisata itu selain membahas konsep tujuan wisata digital.
Menpar menyebutkan "digital destination" menjadi tuntutan di era digital dengan munculnya generasi milenial sebagai salah satu konsumen potensial yang menginginkan pengalaman dalam berwisata.
Destinasi digital, kata dia, merupakan destinasi yang populer atau "viral" di dunia maya termasuk media sosial.
Untuk itu Arief mengharapkan tahun ini ada 100 destinasi digital di 34 provinsi di Tanah Air.
Pariwisata nomaden dan destinasi digital itu, lanjut dia, diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia yang tahun ini ditargetkan mencapai 17 juta orang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Konsep ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dengan pelayanan yang relatif mudah," kata Arief Yahya ketika menghadiri rapat kerja nasional (rakornas) Pariwisata I di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis.
Menurut Arief, konsep pariwisata itu rencananya untuk sementara akan difokuskan di 10 destinasi "Bali Baru" dengan memanfaatkan empat destinasi sebagai percontohan di antaranya Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika dan Borobudur.
Dia menjelaskan pariwisata nomaden itu merupakan salah satu solusi mengatasi keterbatasan unsur atraksi, amenitas atau fasilitas dan aksesibilitas.
Pariwisata nomaden itu, lanjut dia, cocok mendukung sarana amenitas yang bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan bentuk bermacam-macam seperti kemah dengan fasilitas memadai atau menggunakan mobil karavan.
Sedangkan aksesnya, bisa menggunakan pesawat amfibi untuk membawa wisatawan dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia.
Arief optimistis konsep tersebut menarik pelaku pariwisata mengembangkan bisnis itu.
Saat ini perkembangan pariwisata mengikuti tren pelancong dengan beragam klasifikasi, salah satunya turis tas ransel atau "backpacker" di dunia yang diperkirakan mencapai 39,7 juta orang.
Mereka terbagi dalam tiga kelompok di antaranya turis nomaden digital yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja, "glampacker" atau turis milenial yang berpindah dengan potensi sekitar 27 juta orang.
Selain itu ada juga kelompok turis yang berpindah-pindah dengan fasilitas mewah dengan potensi sekitar 7,7 juta orang.
"Nomadic tourism" merupakan salah satu topik mengemuka dalam Rakornas pertama pariwisata itu selain membahas konsep tujuan wisata digital.
Menpar menyebutkan "digital destination" menjadi tuntutan di era digital dengan munculnya generasi milenial sebagai salah satu konsumen potensial yang menginginkan pengalaman dalam berwisata.
Destinasi digital, kata dia, merupakan destinasi yang populer atau "viral" di dunia maya termasuk media sosial.
Untuk itu Arief mengharapkan tahun ini ada 100 destinasi digital di 34 provinsi di Tanah Air.
Pariwisata nomaden dan destinasi digital itu, lanjut dia, diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia yang tahun ini ditargetkan mencapai 17 juta orang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018