Mangupura (Antaranews Bali) - Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa, mengapresiasi upaya membangkitkan kembali tradisi "Siat Yeh" atau perang air yang dilakukan warga Banjar Teba, Kelurahan Jimbaran, Kuta Selatan.

Keterangan pers yang diterima Antara dari Humas Pemkab Badung, Senin, menyebutkan Tradisi Perang Air yang digelar kembali oleh warga pada Minggu (18/3) itu memiliki makna tertentu saat dilakukan para leluhur pada zaman dahulu.

"Pasti, tradisi ini ada maknanya oleh leluhur. Meski kadang kami tidak tahu maknanya, namun hal tersebut perlu diyakini. Oleh karena itu, tradisi yang kembali dibangkitkan warga setelah vakum sejak tahun 1983 ini perlu untuk dilestarikan," ujar Wabup Badung itu.

Wabup Suiasa mengatakan, dirinya juga sangat kagum dengan tradisi "Siat Yeh" tersebut dan berjanji akan memasukkannya sebagai salah satu agenda tradisi di Badung.

"Saya juga meminta Dinas Kebudayaan Badung untuk mencatat tradisi ini. Kedepannya, Pemkab Badung juga akan membantu terkait biaya. Yang jelas, kami berharap agar tradisi ini dapat ajeg (lestari)," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Wabup Suiasa menyerahkan bantuan Rp50 juta. "Pelestarian tradisi budaya seperti "Siat Yeh" ini sesuai dengan salah satu skala prioritas Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) Pemkab Badung," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Budaya "Siat Yeh" ST Bhakti Asih, Bagus Cahya Dwijanata mengatakan, dirinya berterima kasih atas bantuan dari Pemkab Badung. Dia juga berharap tradisi tersebut dapat menjadi salah satu warisan budaya dunia tak benda.

"Kami berterima kasih kepada Pemkab Badung atas segala dukungannya. Selain untuk melestarikan tradisi, "Siat Yeh" juga kami jadikan ajang untuk mempersatukan warga. Tentu kami juga berharap dukungan berlanjut ke depannya," ujarnya.

Tradisi "Siat Yeh" tersebut mempertemukan air dari `suwung`, yakni rawa sebelah timur Banjar Teba dengan pantai sebelah barat Banjar Teba. Air tersebut diupacarai dengan ritual dan dibawa ke perempatan banjar.

Akhirnya, air tersebut dikumpulkan menjadi satu dan digunakan sebagai air untuk panglukatan agung atau penyucian diri seluruh warga banjar. Sisa dari air tersebut digunakan warga untuk tradisi "Siat Yeh". (WDY)

Pewarta: Fikri Yusuf

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018