Denpasar (Antaranews Bali) - Universitas Hindu Indonesia Denpasar berusaha untuk memperbanyak membangun berbagai pusat kajian dan pusat penelitian nilai-nilai Hindu agar nilai tersebut dapat masuk dalam berbagai disiplin ilmu.
"Salah satu kekurangan kita di Hindu adalah terkait publikasi nilai-nilai budaya Hindu, sehingga selama ini sulit untuk masuk ke berbagai disiplin ilmu," kata Rektor Unhi Denpasar Prof Dr drh I Made Damriyasa MS di sela-sela membuka seminar internasional, di Denpasar, Sabtu.
Padahal, menurut Damriyasa, sebenarnya banyak konsep yang digunakan secara global bersumber dari nilai ajaran Hindu. Pihaknya pun menargetkan agar kampus setempat dapat menjadi pusat pengkajian dan pengembangan budaya Hindu di Indonesia.
"Oleh karena itu, kami sudah mulai membangun pusat-pusat kajian, pusat penelitian, dan termasuk Global Center for Balinology. Ini penting sekali, karena bukan saja untuk menggali nilai budaya Hindu, tetapi juga misalnya dari aspek energi dan lingkungan," ucapnya pada seminar yang bertajuk "Bali Hinduism, Tradition and Interreligious Studies" itu.
Termasuk, lanjut dia, akan dilakukan kajian apakah Hindu memiliki nilai-nilai yang terkait dengan konsep demokrasi dan politik, dan apakah demokrasi dan politik yang diterapkan sesuai dengan konsep Hindu. "Ke depan, kami harapkan agar lebih banyak yang menjadi pakar demokrasi dan politik, jadi bisa lebih diwarnai oleh nilai budaya Hindu," ujarnya.
Damriyasa menambahkan, dengan seminar tersebut yang mengundang para pakar di bidang budaya dan seni dari Malaysia, dari LIPI dan juga pakar sejumlah negara lainnya diharapkan dapat menjadi wahana berbagi hasil-hasil penelitian yang ada kaitannya dengan agama, budaya dan seni sebagai ciri khas Unhi Denpasar.
"Tema yang diangkat ini juga sangat menarik dibahas terkait kondisi Indonesia yang plural dengan berbagai agama penduduknya, agar antarumat agama bisa saling toleran," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Unhi Denpasar Prof Dr Phil I Ketut Ardhana mengatakan mendukung sejumlah upaya yang dilakukan pihak kampus setempat dalam upaya mendukung misi Unhi Denpasar menjadi pusat pengkajian budaya Hindu.
"Ini sangat penting, jadi kita tidak melihat bahwa Unhi itu adalah sebuah universitas agama saja. Kami memang berbeda tetapi bukan berarti kita tidak berdialog, bertanya jawab. Justru karena itu kita berdialog, untuk mengerti, memahami perbedaan, dan mencari persamaan itu," ucapnya.
Dalam seminar itu juga diisi penandatanganan MoU antara Unhi Denpasar dengan Indonesian Consortium for Religious Studies Universitas Gajah Mada. Sedangkan seminar diisi dengan pemaparan materi diantaranya oleh Dr Abhisek Joshi (dari International Center for Cultural Studies), Dr Hezri Adnan (Malaysia) dan Dr Dicky Sofjan (UGM). (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Salah satu kekurangan kita di Hindu adalah terkait publikasi nilai-nilai budaya Hindu, sehingga selama ini sulit untuk masuk ke berbagai disiplin ilmu," kata Rektor Unhi Denpasar Prof Dr drh I Made Damriyasa MS di sela-sela membuka seminar internasional, di Denpasar, Sabtu.
Padahal, menurut Damriyasa, sebenarnya banyak konsep yang digunakan secara global bersumber dari nilai ajaran Hindu. Pihaknya pun menargetkan agar kampus setempat dapat menjadi pusat pengkajian dan pengembangan budaya Hindu di Indonesia.
"Oleh karena itu, kami sudah mulai membangun pusat-pusat kajian, pusat penelitian, dan termasuk Global Center for Balinology. Ini penting sekali, karena bukan saja untuk menggali nilai budaya Hindu, tetapi juga misalnya dari aspek energi dan lingkungan," ucapnya pada seminar yang bertajuk "Bali Hinduism, Tradition and Interreligious Studies" itu.
Termasuk, lanjut dia, akan dilakukan kajian apakah Hindu memiliki nilai-nilai yang terkait dengan konsep demokrasi dan politik, dan apakah demokrasi dan politik yang diterapkan sesuai dengan konsep Hindu. "Ke depan, kami harapkan agar lebih banyak yang menjadi pakar demokrasi dan politik, jadi bisa lebih diwarnai oleh nilai budaya Hindu," ujarnya.
Damriyasa menambahkan, dengan seminar tersebut yang mengundang para pakar di bidang budaya dan seni dari Malaysia, dari LIPI dan juga pakar sejumlah negara lainnya diharapkan dapat menjadi wahana berbagi hasil-hasil penelitian yang ada kaitannya dengan agama, budaya dan seni sebagai ciri khas Unhi Denpasar.
"Tema yang diangkat ini juga sangat menarik dibahas terkait kondisi Indonesia yang plural dengan berbagai agama penduduknya, agar antarumat agama bisa saling toleran," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Unhi Denpasar Prof Dr Phil I Ketut Ardhana mengatakan mendukung sejumlah upaya yang dilakukan pihak kampus setempat dalam upaya mendukung misi Unhi Denpasar menjadi pusat pengkajian budaya Hindu.
"Ini sangat penting, jadi kita tidak melihat bahwa Unhi itu adalah sebuah universitas agama saja. Kami memang berbeda tetapi bukan berarti kita tidak berdialog, bertanya jawab. Justru karena itu kita berdialog, untuk mengerti, memahami perbedaan, dan mencari persamaan itu," ucapnya.
Dalam seminar itu juga diisi penandatanganan MoU antara Unhi Denpasar dengan Indonesian Consortium for Religious Studies Universitas Gajah Mada. Sedangkan seminar diisi dengan pemaparan materi diantaranya oleh Dr Abhisek Joshi (dari International Center for Cultural Studies), Dr Hezri Adnan (Malaysia) dan Dr Dicky Sofjan (UGM). (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018